Kisah Horor Rombongan Warga Cipedes Kota Tasik yang Tersesat di Hutan Gunung Putri Majalengka

Kisah Horor Rombongan Warga Cipedes Kota Tasik yang Tersesat di Hutan Gunung Putri Majalengka

KOTA TASIK — Enjang Imron (48), Warga Jalan Panunggal, Kampung Ciawi, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Cipedes, Kota Tasik, mendapatkan pengalaman seru saat dia mengemudi mobilnya hingga tersesat di Gunung Putri Desa Maniis, Kecamatan Cibgambul, Kabupaten Majalengka, Jumat (12/02/21) malam lalu. Saat ditemui di rumahnya, Selasa (16/02) siang, pemilik bengkel mobil ini mengakui, peristiwa tersesat yang viral di medsos itu berawal setelah ia bersama rombongan keluarga menunaikan salat magrib di sebuah masjid sebelum memasuki Kawasan Jahim. Enjang bersama keluarga saat itu sedang dalam perjalanan pulang ke Kota Tasik seusai menengok keluarganya yang sakit di Cirebon. Mereka menggunakan mobil rental Toyota Avanza. Penumpangnya terdiri dari Aen (60), warga Jalan Paseh, Engkoy (65), Makmur (80) dan Deuis (50) ketiganya warga Karikil, Kecamatan Mangkubumi, Ade (45) warga Jalan Letjen Ibrahim Adjie dan Adel (4), putra bungsu Enjang. Dalam perjalanan Cirebon-Tasikmalaya itu, ia sengaja menggunakan jalur alternatif via kawasan puncak Jahim, Majalengka. Karena jauh lebih dekat dibanding jalur utama via Kawali, Ciamis. Perjalanan berikutnya seusai salat magrib, Enjang menyebut sebagai perjalanan horor. "Setelah melaju sekitar dua kilometer, tibalah di sebuah pertigaan dan jalan utama yang terhadang kabut," katanya kepada wartawan. Saat itu, terang dia, waktu menunjukkan sekitar pukul 19.30. Enjang mulai tak enak hati saat melihat ke depan selain ada kabut juga seperti ada jurang. Padahal sepengetahuannya itu jalan menuju Tasikmalaya. "Melihat kondisi seperti itu entah kenapa saya malah langsung belok kiri. Tidak berhenti dulu melihat situasi sebenarnya," terangnya. Setelah berjalan sekitar 1 kilometer, mobil mulai memasuki jalan rusak. Tapi lagi-lagi entah kenapa Enjang terus melajukan kendaraannya. "Entah kenapa, walau perasaan tak enak semakin menerpa, saya terus saja melajukan mobil. Padahal jalan tambah tak karuan dan gelap gulita," bebernya. Enjang mengakui, tadinya ia berniat parkir dan balik arah. Tapi menurut perasaannya di depan seperti ada perkampungan, sehingga ia terus melaju. "Apalagi samar-samar terdengar suara azan, perasaan saya ada perkampungan dan nanti akan parkir di sana. Tapi setelah berjalan sekitar 5 km, medan malah tambah berat dan perkampungan pun ternyata tidak ada," tambahnya. Akhirnya, dia memutuskan berhenti dan berupaya memarkir kendaraannya balik arah. Dengan susah payah karena jalan sempit dan jelek, Enjang akhirnya berhasil memutar arah. Namun baru berjalan sekitar dua menit, tiba-tiba ban mobil ada yang pecah karena melintas batu tajam. Perjalanan pun akhirnya terhenti. "Saat itu waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB dan kemudian turun hujan sehingga tak bisa mengganti ban," jelasnya. Enjang sempat memundurkan kendaraan karena posisinya tidak pas. Mobil pun sempat dihadang jalan longsor yang tiba-tiba terjadi. Kondisi tersebut membuat perasaan Enjang tambah khawatir. Enjang pun akhirnya menyuruh kerabatnya, Ade, menghubungi temannya di Majalengka untuk meminta tolong. Beberapa jam kemudian, Sabtu (13/2) dini hari, barulah pertolongan tiba. "Yakni datang dua anggota polisi bersama sejumlah warga. Saya langsung plong dan sangat terharu, karena lepas dari suasana horor selama beberapa jam," tukasnya. Ia bersama keluarganya kemudian dievakuasi menuju pertigaan. "Setelah itu (ditolong Polisi dan warga) kami dipulangkan dengan menggunakan mobil bantuan," pungkasnya. (rezza rizaldi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: