Cara Membedakan Batuk Biasa dengan Batuk TBC, Berikut Ini Gejala-Gejala TBC

Cara Membedakan Batuk Biasa dengan Batuk TBC, Berikut Ini Gejala-Gejala TBC

Radartasik.com, Anda pernah mengalami batuk namun tidak reda-reda? Kadang, Anda berpikir, itu adalah TBC. Berikut ini cara mengenali gejala dari TBC tersebut.


“Untuk memastikan TBC atau bukan, sebaiknya test di laboratorium,” ujar Dokter Dyah Anggraeni M.Kes, SP.Pk, kepala Laboratorium Klinik CITO, Semarang, Senin (28/3/2022).

Dokter Dyah Anggraeni mengatakan, ada banyak gejala untuk seseorang terkena TBC. Biasanya batuk tidak berhenti lebih dari 2 minggu, keringat dingin pada malam hari tanpa aktivitas.

Selain itu, nafsu makan drop, berat badan turun, perasaan tidak enak, lemah, demam tidak terlalu tinggi dalam waktu yang lama, dan influenza .

Penularan TBC bisa media cairan (droplet) dari batuk atau bersin pengidap. TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.

Dokter Dyah Anggraeni mengatakan, berdasar data WHO pada 2020, ada 30 negara yang menyumbang 86 persen kasus TBC baru. 

Delapan negara menyumbang dua per tiga dari total kasus. Indonesia masuk tiga besar, setelah India dan Tiongkok. 

Lantas disusul, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Afrika Selatan. “Itulah, mengapa kita perlu waspada,” jelas Dyah Anggraeni.

Kasus TBC di Indonesia, sambung dia, menurut catatan Kemenkes 2021, terdapat 393.323 yang ternotifikasi TB. Sebanyak 33.366 kasus yang terkonfirmasi pada bayi, dan 8.003 kasus tuberkulosis HIV. 

Kasus TBC Masih Tinggi

Dari angka tersebut disimpulkan bahwa angka kasus TBC di Indonesia terbilang besar bahkan termasuk dalam penambah kasus mayoritas secara global.

Lalu apa yang harus dilakukan? Seperti halnya Covid-19, pemahaman masyarakat terhadap TBC, bahaya, dan penularannya juga harus disosialisasikan dengan baik.

Paling tidak, dengan melakukan tindakan preventif dan pencegahan. Termasuk bagaimana pengobatannya dan pemeriksaan tuberculosis baik yang bergejala TBC maupun yang mendekati.

Gejala lain yang bisa jadi TBC adalah sesak napas. Suara napas melemah dan disertai sesak. Ini terjadi karena sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar. Bahkan, termasuk jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), yang dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Kini, imbuh Dokter Dyah, laboratorium Klinik CITO sudah bisa membantu melayani test gejala TBC. “Lab CITO memiliki pemeriksaan TBC yang lengkap, dari foto thorax sebagai pemeriksaan awal, lalu pemeriksaan darah otomatis, dan Tes IGRA untuk mendeteksi TBC pada paru-paru dan organ lainnya seperti tulang belakang dan kelenjar limfa,” jelas Dyah Anggraeni.

Pemeriksaan radiologis di CITO sudah menjalankan metode CR (Computed Radiography). Satu sistem atau proses yang mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi, dengan menggunakan photostimulable untuk mengakuisisi data dan menampilkan parameter dari gambaran yang dapat diolah menjadi lebih jelas oleh komputer.

93 Ribu Meninggal karena TBC

Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) diperingati setiap 24 Maret. Indonesia menjadi negara dengan pasien tuberkulosis (TBC) terbanyak ketiga di dunia, menyumbang dua pertiga kasus TBC dunia.

Setidaknya 824 ribu jiwa jatuh sakit dan 93 ribu jiwa meninggal akibat TBC pada 2020. TBC masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini. Berdasar Global TB Report, World Health Organization 2021, pada 2020 terdapat 9,9 juta jiwa yang menderita TBC dan 1,5 juta nyawa melayang akibat penyakit TBC yang sebenarnya bisa dicegah dan diobati itu.

Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan beban TBC tertinggi ketiga setelah India dan Tiongkok. Penemuan kasus TBC dipengaruhi kondisi pandemi Covid-19.

Di Provinsi Jawa Timur (Jatim) terdapat 43.268 jiwa penderita TBC pada 2021. Jumlah tersebut merupakan terbanyak ketiga di Indonesia. Mereka yang terdiagnosis TBC dapat segera diobati agar tidak menularkan kepada orang di sekitarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim Erwin Astha Triyono menyatakan, pentingnya keterlibatan multisektor untuk menemukan lebih banyak lagi penderita TBC. Sehingga, dapat memutus transmisi penularan.

”Sesuai dengan tema peringatan HTBS tahun ini yaitu Investasi untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa, kami mengajak seluruh pihak, organisasi profesi, tokoh masyarakat, fasilitas kesehatan, organisasi perangkat daerah (OPD), dan kementerian/lembaga di wilayah Jawa Timur, organisasi masyarakat, komunitas peduli TBC, kader kesehatan, akademisi, perguruan tinggi, dan insan media untuk satukan tekad dan memperkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC pada 2030,” papar Erwin Astha Triyono pada Kamis (24/3/2022).

Sesuai dengan slogan TOSS TBC (temukan TBC, obati sampai sembuh), Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur selalu berupaya agar setiap penderita TBC mendapatkan pengobatan sesuai standar sehingga dapat sembuh. Selain penemuan dan pengobatan, sosialisasi tentang pentingnya terapi pencegahan TBC juga akan terus dilakukan.

Dia menambahkan, terapi pencegahan bagi kontak serumah penderita TBC dapat mencegah munculnya penyakit TBC di kemudian hari. Terapi pencegahan TBC juga menjadi salah satu tema kampanye dalam upaya menuju eliminasi TBC pada 2030.

”Oleh karena itu tiga upaya penting yaitu deteksi, pengobatan, dan terapi pencegahan TBC menjadi satu kesatuan program yang tidak terpisahkan,” ucap Erwin Astha Triyono. (jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: