Tak Sadar Diabetes, Waspada Berujung Gagal Ginjal

Tak Sadar Diabetes, Waspada Berujung Gagal Ginjal

radartasik.com, MENGECEK gula darah dan tekanan darah akan menghindarkan seseorang dari penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan hipertensi.


Selama ini sebagian orang sering tidak menyadari bahwa gula darah dan tekanan darahnya sudah tinggi. Kondisi tersebut berujung komplikasi seperti gagal ginjal.

Pada 10 Maret 2022, bertepatan dengan Hari Ginjal Sedunia, masyarakat dunia diingatkan agar menjaga ginjalnya tetap sehat.

Penyebab utama gagal ginjal adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi dan kencing manis alias diabetes.

Tidak Bergejala

Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr Aida Lydia, PhD, SpPD, K-GH mengatakan sekitar sepertiga pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK) belum mengetahui benar mengenai penyakitnya.

Pasien tidak mengetahui progresivitas atau perjalanan penyakitnya serta modalitas terapi bila kemudian mengalami gagal ginjal. Mereka tidak sadar gula darah atau tekanan darahnya sudah di atas normal.

”Pada awal perjalanan penyakit ginjal umumnya tidak ada gejala, berbagai keluhan baru dirasakan bila penyakit sudah lanjut,” ujarnya dalam keterangan virtual, Kamis (10/3/2022).

Penyakit ginjal pada awalnya tidak bergejala, sehingga banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mempunyai gangguan ginjal.

Masih banyak yang belum memahami bagaimana memelihara kesehatan ginjal dan apa yang perlu dilakukan bila kemudian fungsi ginjalnya menurun.

”Diperlukan kolaborasi yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan dan organisasi kesehatan, industri kesehatan, pasien atau keluarga serta masyarakat, secara bersama sama untuk meningkatkan pengetahuan dan literasi kesehatan ginjal,” kata dia.

Sudah Terlambat

Menurutnya, kemungkinan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan ginjal menjadi salah satu penyebab kenapa pada umumnya pasien sering terlambat berobat dan sering datang ke dokter dalam kondisi yang sudah lanjut.

Gangguan ginjal dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko, diagnosis dini dan tatalaksana yang optimal agar pasien tidak sampai mengalami gagal ginjal.

Karena itu, literasi kesehatan pada semua kalangan menjadi kunci yang dapat meningkatkan kewaspadaan kesehatan ginjal dan keberhasilan program kesehatan pemerintah.

Literasi kesehatan didefinisikan sebagai kemampuan seorang individu dalam memperoleh atau mengakses, memahami, serta menggunakan informasi kesehatan tersebut untuk mengambil keputusan dan tindakan medis, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

”Masih ada masyarakat yang belum mengetahui apa itu organ ginjal dan fungsinya. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa 90 persen penyandang gagal ginjal tidak menyadari tentang penyakit yang diderita. Hal ini menunjukkan minimnya informasi kesehatan dikalangan masyarakat,” katanya.

Gaya Hidup

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI dr Imran Agus Nurali, SpKO, menilai pola hidup tidak sehat menjadi pemicunya.

Pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak diikuti gaya hidup sedentary lifestyle, memilih makanan junk food/siap saji, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit hipertensi, diabetes melitus, obesitas, kanker, jantung, dan hiperkolesterol di kalangan masyarakat Indonesia.

”Upaya kami adalah dengan harus terus menekan angka kejadian PTM supaya rendah dalam rangka mendorong pencapaian target pembangunan kesehatan termasuk target SDGs 2030,” jelasnya.

Data Prevalensi

Penyakit ginjal kronik (PGK) tercatat sebagai penyebab 4,6 persen kematian global pada tahun 2017 dan merupakan peringkat ke-12 sebagai penyebab kematian.

Angka ini diprediksi akan terus meningkat dan PGK diperkirakan akan menjadi penyebab kematian tertinggi ke-5 di seluruh dunia pada tahun 2040.

Di Indonesia, prevalensi PGK semakin meningkat setiap tahun, bila tidak diobati suatu ketika dapat mengalami gagal ginjal.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi PGK adalah 0,38 persen.

Data registrasi Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada tahun 2020 menunjukkan insidensi kumulatif pasien yang menjalani dialisis (cuci darah) 61.786, dan prevalensi kumulatif 130.931. (Jawa Pos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: