Langkah-Langkah Ini Bisa Mencegah Gagal Ginjal bagi Penderita Diabetes dan Hipertensi
Reporter:
usep saeffulloh|
Kamis 24-02-2022,05:00 WIB
Radartasik.com, Pengecekan gula darah dan tensi darah penting dilakukan bagi penderita diabetes dan hipertensi. Langkah tersebut penting agar kedua penyakit itu, jika sudah terlanjur parah, bisa berujung komplikasi seperti gagal ginjal.
Sekjen The 16th Annual Scientific meeting of Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2022 dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH, mengatakan mencapai target kontrol tekanan darah dalam jangka panjang dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan organ yang disebabkan oleh
hipertensi atau Mediated Organ Damage (HMOD). Misalnya
stroke, serangan, jantung dan kerusakan ginjal yang dapat mengakibatan kematian.
Data Penyakit Ginjal Kronik (PGK), berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2018, sebanyak 3,8 per 1000 penduduk atau 1.017.260 penduduk Indonesia menderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Dari total seluruh penduduk Indonesia yang menderita PGK, 19,3 persen di antaranya menjalani cuci darah (Hemodialisis), yaitu kurang lebih 196.332 penduduk.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dapat disebabkan karena kelainan struktur atau gangguan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan dan eLFG < 60ml/menit yang berlangsung lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal. Ia menegaskan agar pasien
diabetes dan
hipertensi perlu mengecek kesehatan mereka berkala.
“Penderita
diabetes dan
hipertensi perlu secara berkala melakukan deteksi fungsi ginjal untuk mengendalikan kerusakan ginjal,” jelasnya secara virtual baru-baru ini.
Penurunan fungsi ginjal akibat PGK dapat diperlambat dengan terapi medis, perubahan gaya hidup dan melakukan konsultasi dengan dokter.
Untuk memastikan kondisi ginjal seseorang terdapat beberapa tes yang bisa dilakukan yaitu tes darah (menilai kinerja ginjal dengan melihat kadar limbah dalam), tes darah (ureum, kreatinin), tes urine (mengetahui kadar protein, rasio albumin dan kreatinin dalam urine), imaging untuk melihat struktur dan ukuran ginjal (USG, MRI, CT Scan), Biopsi ginjal.
“Dilakukan dengan mengambil sampel kecil dari jaringan ginjal, kemudian dianalisis untuk menentukan penyebab kerusakan ginjal,” katanya.
Ia menegaskan PGK dapat diatasi atau diobati dan PGK bukan akhir segalanya. Kualitas hidup pasien PGK dapat menyamai kualitas hidup orang sehat.
Cara Mencegahnya
PGK dapat dicegah dengan seven golden rules; pola hidup sehat (makan sehat, olahraga, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol), tidak mengkonsumsi obat-obatan tanpa anjuran dokter. Medical Check Up (mengetahui fungsi ginjal), orang dengan tekanan darah tinggi, atau kadar gula tinggi perlu evaluasi lebih lanjut.
Penderita Diabtes Jumlahnya Naik
Penyandang
diabetes atau sakit kencing manis (
gula darah tinggi) banyak tak sadar gula darahnya tak terkontrol. Seseorang baru mengetahui terkena
diabetes ketika sudah terkena komplikasi penyakit lain. Karena itu, penting untuk selalu rutin mengukur kadar
gula darah secara mandiri.
Dalam diskusi bersama aplikasi Teman
Diabetes, semakin tingginya kesadaran penderita
diabetes (diabetesi) dalam mengelola kondisi
diabetes mereka, maka akan semakin sedikit komplikasi terjadi. Apalagi saat ini mengukur
gula darah sudah lebih praktis secara digital.
“Lebih nyaman dan dapat meningkatkan Pemantauan
Gula Darah Mandiri (PGDM),” kata Head of Doctor Pillar PT Global Urban Esensial Salahuddin baru-baru ini.
Mengukur
gula darah secara digital menjadi platform bagi penyandang
diabetes untuk merekam data. Selain itu dapat pula menghubungkan diabetesi dengan tenaga medis ahli
diabetes untuk mendapatkan arahan medis sesuai dengan kebutuhan individu para penyandang
diabetes.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, prevalensi
diabetes di Indonesia bertambah dari 6,9 persen pada 2013 menjadi 10,9 persen pada 2018. Maka dari itu, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran para diabetesi melakukan PGDM.
“Kami berharap agar semakin banyak diabetesi di Indonesia mengelola kondisi
diabetes mereka,” kata Salahuddin.
Ketua Perkumpulan Edukator
Diabetes Indonesia (PEDI) Dr. dr. Aris Wibudi, Sp.PD-KEMD mendukung para diabetesi melakukan PGDM. Penggunaan aplikasi sangat memudahkan diabetesi untuk mengelola diabetesnya sesuai dengan anjuran dokter.
“Aplikasi membantu pasien untuk mengatasi kesulitan mengingat dalam melakukan PGDM sesuai anjuran dokter maupun edukator
diabetes, membantu mengubah persepsi pasien atas manfaat PGDM, dan memperbaiki pola diet mereka,” jelasnya.
Menurutnya penggunaan teknologi terbukti mampu memberikan keuntungan dalam manajemen
diabetes. Namun keamanan data pasien harus terjamin agar tidak disalahgunakan.
Prevalensi penderita
diabetes di Indonesia tidak pernah menurun, tren menunjukkan jumlahnya selalu naik. Data ini juga bersumber dari organisasi kesehatan dunia WHO serta Kementerian Kesehatan atau Riskesdas.
Angka penyandang
diabetes (diabetesi) di Indonesia menurut data IDF
Diabetes Atlas pada 2015, Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia. Pada 2017, peringkat Indonesia naik menjadi negara ke-6. Angka penyandangnya diperkirakan lebih dari 10 juta orang.
Diabetes adalah sebuah kondisi banyaknya kadar gula di dalam darah. Normalnya seseorang memiliki kadar
gula darah 80-140 mg/dl dalam darah. Di dalam darah, kadar
gula darah fluktuatif. Misalnya usai makan, kadar
gula darah tinggi namun dapat kembali normal setelah dua jam pada orang dengan
gula darah normal.
Ia menjelaskan
diabetes adalah disiplin untuk mengelola gaya hidup. Penyakit
diabetes adalah penyakit katastropik atau berbiaya tinggi karena menyebabkan komplikasi.
“Sangat penting untuk diabetisi dan keluarga untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai gaya hidup sehat karena
diabetes bukan sekadar kelola
gula darah, tapi juga kelola gaya hidup,” kata dr. Aris.
(jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: