FENOMENA BUNUH DIRI – Data WHO: Per 40 Detik, Ada 1 Orang Bunuh Diri, Kenali Tanda, Gejala, Faktor Risiko dan Solusinya
Reporter:
usep saeffulloh|
Kamis 10-02-2022,07:00 WIB
Radartasik.com, Pencegahan bunuh diri memerlukan kolaborasi dari semua pihak, karena masalah bunuh diri merupakan masalah universal. Segala hal tentang bunuh diri juga merupakan hal serius.
Jangan sampai ada lagi kasus bunuh di Tasikmalaya dan sekitarnya. Untuk itu semua pihak harus terlibat dalam upaya-upaya pencegahannya.
Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial dari RS dr H Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor,
dr Lahargo Kembaren SpKJ memberikan paparan tentang fenomena
bunuh diri.
“Setiap fenomena
bunuh diri selalu meninggalkan perenungan bagi kita semua, perasaan kaget, sedih, kecewa, marah, takut, cemas, memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi dan juga semangat untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi,” ujar
dr Lahargo Kembaren SpKJ beberapa waktu lalu.
Dampak yang disebabkan oleh fenomena
bunuh diri ini juga bukanlah hal yang ringan, kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian
bunuh diri. Menurutnya, untuk setiap 1 kasus
bunuh diri terdapat 135 orang yang terkena dampaknya.
Menurut World Health Organization (WHO), lembaga kesehatan dunia, angka kejadian
bunuh diri setiap tahun ada 800 ribu orang, jadi dalam 40 detik ada 1 orang yang melakukan
bunuh diri.
Angka terbanyak kejadian
bunuh diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. 1,4 persen kematian di seluruh dunia disebabkan oleh
bunuh diri.
Seorang yang melakukan
bunuh diri atau pun masih mencoba
bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka sebenarnya ingin penderitaan konflik yang dialaminya cepat berakhir.
Hanya sayangnya,
bunuh diri yang menjadi pilihan karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan. Ada beberapa tanda dan gejala
bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan.
Dimulai dengan berbicara tentang keinginan untuk mati atau ingin
bunuh diri. Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya alasan untuk hidup. Membuat rencana untuk
bunuh diri seperti melihat website mengenai cara
bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli obat-obatan dalam jumlah banyak.
Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu yang sangat berat. Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan keluar. Merasa sakit yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan, fisik/psikis. Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain
Tak jarang, orang yang sakit psikis berkepanjangan, melarikannya ke minuman keras atau narkoba. Dia juga berprilaku cemas dan agitasi. Menarik diri dari keluarga dan teman teman. Perubahan pada pola tidur dan pola makan. Menunjukkan perilaku marah atau keinginan balas dendam.
Bahkan, melakukan perilaku berisiko seperti menyupir mobil kencang dan ugal ugalan. Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin sering. Perubahan mood yang ekstrem, dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan sangat gembira.
Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan, berhenti kuliah/ bekerja. Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan keluarga. Membuat surat wasiat. Menuliskan di media sosial mengenai
bunuh diri dan kematian
“Apabila ditemukan tanda dan gejala seperti di atas sebaiknya segera menghubungi profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog, perawat jiwa, dokter umum terlatih, pekerja sosial, agar segera mendapatkan petolongan,” tutur dr. Lahargo.
Setiap orang memiliki risiko untuk melakukan
bunuh diri, jenis kelamin, suku budaya, latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Perilaku
bunuh diri disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan tidak ada penyebab tunggal.
- Depresi, gangguan jiwa lain (skizofrenia, bipolar, ketergantungan zat)
- Kondisi penyakit tertentu
- Nyeri kronis
- Riwayat anggota keluarga dengan
bunuh diri, gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
- Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual
- Memiliki senjata yang berbahaya di rumah
- Baru keluar dari penjara
- Terekspos/terpapar dengan perilaku
bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang film/selebriti yang diidolakan
“Banyak orang yang mengalami
faktor risiko tersebut tetapi tidak melakukan
bunuh diri, perlu diperhatikan bahwa perilaku
bunuh diri adalah tanda adanya suatu stres yang berat yang dialami oleh orang tersebut. Setiap pikiran dan perilaku
bunuh diri harus dianggap sebagai suatu hal yang serius dan segeralah mencari pertolongan,” katanya.
Solusinya
Apabila terdapat tanda, gejala dan
faktor risiko mengenai perilaku
bunuh diri maka perlu segera dilakukan penanganan. Hal hal yang bisa dilakukan antara lain adalah melakukan komunikasi dan pendampingan yang intensif untuk memastikan apa yang dikhawatirkan tidak benar.
Kemudian katakan bahwa dia tidak sendirian, ada banyak yang mau dan bersedia membantu. Dan memberikan respon krisis dengan segera sesuai dengan tingkatan level risiko bunuh diri.
Lalu tawarkan bantuan dan bawa konsultasi ke profesional kesehatan jiwa yang akan memeriksa dan memberikan penatalaksanaan yang sesuai. Berusaha untuk proaktif untuk menawarkan bantuan ketika muncul ide-ide
bunuh diri lagi dengan meninggalkan nomor telepon.
Pindahkan benda-benda yang berbahaya yang bisa menjadi alat untuk melakukan
bunuh diri. Dan jalan terakhir adalah terapi pada profesional kesehatan jiwa bisa dengan pengobatan hingga psikoterapi.
(jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: