Panggung Perlawanan dari Kota Tasikmalaya: Serudera Sudut Rahara dan Suara Perempuan yang Terbungkam

Panggung Perlawanan dari Kota Tasikmalaya: Serudera Sudut Rahara dan Suara Perempuan yang Terbungkam

Teater Alibi gelar pementasan Serudera Sudut Rahara di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Jumat 30 Mei 2025. ayu sabrina b / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Panggung Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya berubah menjadi ruang perlawanan yang sunyi namun tajam, Jumat 30 Mei 2025. 

Bukan sekadar pertunjukan, melainkan sebuah refleksi sosial yang menggugah nurani. 

Teater Alibi, dalam produksi perdananya tahun ini, membuka tur nasional dengan pementaaan bertajuk Serudera Sudut Rahara, naskah karya Yasmin Mines yang disutradarai oleh Irwan Guntari, Ketua Ikatan Alumni ISBI Bandung.

Lewat lakon berdurasi hampir dua jam ini, Teater Alibi dengan berani menyuarakan isu-isu pelik yang jarang disentuh di ruang publik Kota Tasikmalaya tentang perempuan, tubuh, kekuasaan, dan ketimpangan sosial

BACA JUGA:Kebakaran Rumah di Kota Tasikmalaya: Diduga Akibat Pembakaran Sampah

Sebuah gugatan halus namun tajam terhadap kemunafikan budaya dan sistem yang kerap menindas dalam diam.

Pertunjukan ini memusatkan kisah pada sosok Kinanti Ranti, seorang perempuan kuat namun terluka, yang hidup dalam sistem dunia bordil. 

Ia bukan hanya karakter, melainkan simbol dari perempuan-perempuan yang dimarjinalkan oleh tatanan patriarkal, tempat tubuh menjadi alat tukar politik dan ekonomi.

Rumah bordil dalam lakon bukan sekadar latar, melainkan metafora kekuasaan yang mengeksploitasi tubuh perempuan. 

BACA JUGA:Apapun Metodenya, BKPSDM Kota Tasikmalaya Harus Proaktif Isi Kekosongan Jabatan

Lelaki-lelaki berhidung belang yang hadir di dalamnya bukan orang sembarangan. Mereka berseragam, bertitel, atau bergelimang modal.

“Yang datang siapa? Yang punya uang dan kuasa. Tapi korbannya selalu perempuan, orang-orang lemah, mereka yang tak bersuara,” ujar Irwan Guntari seusai pertunjukan.

Irwan pun menanggapi kritik atas naskah yang dianggap vulgar oleh sebagian pihak. 

Baginya, justru panggung teater adalah ruang paling jujur untuk menyuarakan yang tak terdengar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait