Panggung Perlawanan dari Kota Tasikmalaya: Serudera Sudut Rahara dan Suara Perempuan yang Terbungkam

BACA JUGA:Kolaborasi Brand Nasional-Lokal, Motif Hawa dan Mutia Butik Angkat Citra Fashion Muslimah Kota Tasikmalaya

“Tahun 2016 saya pernah tampil lebih sadis. Tak ada yang komplain. Tapi sekarang, saat teater bicara soal tubuh dan kuasa, malah dianggap jorok. Padahal media sosial kita lebih jorok penuh kekerasan, judi online, bahkan konten bunuh diri. Tapi yang dipermasalahkan justru teater?” tegasnya.

Serudera Sudut Rahara bukan hanya soal naskah yang menggugah, tetapi juga soal kerja kolektif lintas generasi. 

Pertunjukan ini melibatkan alumni, guru SMK, dosen, dan mahasiswa, semua menyatukan energi selama tiga bulan latihan intensif. 

Hasilnya, panggung yang solid secara estetika dan kuat dalam penyampaian pesan.

BACA JUGA:Jelang Idul Adha, Polres Tasikmalaya Kota Tingkatkan Patroli di Lokasi Penjualan Hewan Kurban

Meski digelar tanpa promosi besar dan di siang hari, kursi penonton cukup terisi. 

Tapi bagi Irwan, ukuran keberhasilan teater bukan soal jumlah penonton, melainkan keberanian menyuarakan yang sulit dikatakan.

“Saya pernah main hanya ditonton 10 orang. Tapi tetap kami pentaskan. Karena guru-guru kami selalu mengajarkan bahwa teater bukan seni industri. Ia hidup karena menyentuh nurani,” katanya.

Pementasan di Kota Tasikmalaya ini adalah awal dari tur nasional Teater Alibi yang akan dilanjutkan ke Bandung, ISI Surakarta (Solo), dan festival teater di Jakarta. 

BACA JUGA:Dorong Daya Saing UMKM, BRI Fasilitasi Sertifikasi Halal bagi UMKM melalui Program BRI Peduli

Misi mereka jelas: membawa isu-isu yang selama ini dibungkam ke panggung yang lebih luas.

Serudera Sudut Rahara bukan sekadar lakon. Ia adalah bentuk perlawanan yang dirangkai dalam puisi, tubuh, dan diam. 

Ia menyentuh luka lama masyarakat tentang sistem yang menindas dalam senyap, tentang perempuan yang kehilangan ruang aman, dan tentang kuasa yang tak pernah benar-benar bersih.

Sumber: