Namun, beliau mengajak kita untuk melihat kenyataan yang sebenarnya.
"Padahal haekatnya yang mempertahankan pangan itu siapa coba? Kalau dari setiap individu? Ada tukang becak miskin. Dia hari itu tidak bisa makan," tuturnya.
Sebuah gambaran yang sangat kontras dengan kerapatan yang mewah.
Beliau lalu menceritakan kisah seorang tukang becak yang sedang kesulitan tersebut.
"(Lalu) dia ditolong oleh tukang becak lain, dan dihutangi (dipinjami-red) 20 ribu. (Dampaknya) Anak istri jadi bisa makan. Dan Allah pasti tahu yang menjaga nyawa tukang becak ini adalah teman tukang becak. Bukan pejabat-pejabat yang rapat di hotel berbintang," tandas Gus Baha.
Kisah ini menggambarkan dengan jelas bahwa bantuan kecil dari sesama, dalam konteks ini pinjaman 20 ribu, memiliki dampak yang sangat besar, yaitu menyelamatkan sebuah keluarga dari kelaparan.
Inilah wujud nyata dari 'ketahanan pangan' yang sesungguhnya, yang terjadi di akar rumput, tanpa sorotan media atau pujian dari para pejabat.