RADAR TASIK.COM - Amerika Serikat tidak gentar dengan ancaman Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan menegaskan akan terus mempersenjatai Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.
Pasca serangan rudal hipersonik terbaru Rusia, Oreshnik, yang pertama kali digunakan dalam konflik di Ukraina, Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, mengakui bahwa senjata baru tersebut menimbulkan kekhawatiran.
"Ini adalah jenis kemampuan mematikan baru yang digunakan di medan perang. Jadi, tentu saja ini menjadi perhatian kami," kata Singh kepada wartawan.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa dukungan AS kepada Ukraina tidak akan berkurang.
"Namun sekali lagi, Ukraina telah berhasil menahan serangan yang tak terhitung jumlahnya dari Rusia, termasuk rudal dengan hulu ledak yang jauh lebih besar daripada senjata ini. Kami akan terus mendukung Ukraina dengan apa yang dibutuhkannya," tambahnya.
Singh juga menegaskan bahwa AS tetap serius menyikapi ancaman Rusia, namun prioritasnya adalah membantu Ukraina di medan perang.
"Fokus kami tetap pada mempersenjatai Ukraina dan mendukungnya dalam hal yang paling dibutuhkannya di medan perang," pungkas Singh.
Di sisi lain, Putin menyatakan bahwa uji coba rudal hipersonik Oreshnik ke Ukraina adalah balasan atas rencana AS untuk menyebarkan rudal jarak menengah dan pendek di Eropa serta kawasan Asia-Pasifik.
Rusia melancarkan serangan balasan menggunakan rudal canggih terhadap fasilitas militer Ukraina, termasuk kompleks industri pertahanan di Dnepropetrovsk, setelah serangan rudal jarak jauh Barat ke wilayah Bryansk dan Kursk.
Putin juga memperingatkan bahwa Rusia tidak akan segan-segan menyerang fasilitas militer negara-negara yang mendukung serangan ke wilayahnya.
“Kami akan menentukan target selama pengujian lebih lanjut sistem rudal terbaru kami berdasarkan ancaman terhadap keamanan Federasi Rusia,” ungkap Putin dalam pernyataan yang dikutip dari Russian Today.
“Kami yakin bahwa kami memiliki hak untuk menggunakan senjata kami terhadap fasilitas militer negara-negara yang mengizinkan senjata mereka digunakan untuk menyerang fasilitas kami,” tambahnya.
Putin menuduh AS sebagai dalang di balik rusaknya sistem keamanan internasional, yang dianggapnya meningkatkan risiko konflik global. Ia menuding AS memprovokasi konflik dengan terus mempersenjatai Ukraina menggunakan senjata jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.
"Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa bukan Rusia, tetapi Amerika Serikat yang menghancurkan sistem keamanan internasional. Dengan terus berperang demi mempertahankan hegemoninya, mereka mendorong seluruh dunia ke dalam konflik global," tuding Putin.
Meski demikian, ia kembali menegaskan bahwa Rusia selalu membuka pintu untuk penyelesaian konflik secara damai, meskipun tetap siap menghadapi segala kemungkinan.