RADARTASIK.COM— Naskah Bujangga Manik adalah salah satu naskah kuno nusantara, yang merupakan catatan perjalanan abad ke-16.
Naskah Bujangga Manik diyakini berasal dari akhir abad ke-15 dan awal abad ke 16.
Naskah ini ditulis dalam bahasa Sunda kuno oleh seorang pangeran Jaya Pakuan dari kerajaan Sunda Pakuan (sekarang Bogor), yang meninggalkan tahta kerajaannya dan beralih menjadi seorang Brahmana.
Brahmana ini kemudian dikenal sebagai Bujangga Manik.
BACA JUGA: Hamzah Fansuri: Seorang Ulama dan Pujangga Klasik Abad Ke-16, Pelopor Sastra Melayu di Nusantara
Naskah Sunda Kuno tersebut tidak hanya berkisah tentang perjalanan fisik Bujangga Manik, tetapi juga mencerminkan transformasi spiritual yang dialaminya.
Naskah Bujangga Manik ditulis pada 29 lembar daun lontar, yang dalam setiap lembarnya terdapat sekitar 59 baris.
Catatan di dalamnya ditulis dalam bentuk puisi yang setiap barisnya disusun oleh 8 suku kata. Adapun jumlah total semuanya adalah 1.756 baris.
Mengenai kapan waktu penulisan Naskah Bujangga Manik ini, bisa ditelusuri dari penjelasan yang terdapat di dalamnya.
BACA JUGA: Seri Tokoh Filsafat: Kahlil Gibran dan Eksistensialisme Romantik dalam Karya-Karyanya
Dalam Naskah Bujangga manik tertulis kalimat dalam bahasa Sunda kuno berikut ini:
"Ku ngaing geus kaideran lurah-lerih Majapahit palataran alas Demak" (Aku sudah mengelilingi wilayah-wilayah berbeda Majapahit dan dataran demak).
Kalimat ini memberikan penjelasan singkat bahwa Bujangga Manik melakukan perjalanannya di rentang masa Kerajaan Majapahit sampai masa kerajaan Demak.