Hanomanpun pergi, dan sebelum ia meninggalkan kerajaan Rahwana, ia memporak porandakan istana Alenka.
Pertemuan antara Hanoman dan Sinta akhirnya diketahui oleh pasukan Alenka.
Saat itu terjadi pertarungan antara Rahwana dan pasukan Alenka. Hanoman bahkan mengalahkan beberapa prajurit terbaik Rahwana.
Putra sulung Rahwana, Indrajit melepaskan panah Brahma Astra ke arah Hanoman yang melilit tubuhnya.
Namun Hanoman dengan mudah melepaskan senjata sakti tersebut.
Rahwana memerintahkan agar ekor hanoman dibakar, Sinta yang mengetahui kejadian itu lalu memohon pada dewa agar api yang membakar ekor hanoman menjadi sejuk.
Karena itu saat api menyala di ekornya, Hanoman tidak merasakan sakit atau terluka.
Sebaliknya, ekornya yang terbakar semakin membesar dan menyala dengan kekuatan yang kuat.
Hanoman menggunakan ekornya yang terbakar sebagai senjata melawan pasukan Alengka.
Ia melompat-lompat dari satu bangunan ke bangunan lainnya, menyebabkan kehancuran dan kepanikan di antara pasukan Rahwana.
Kerajaan Alenka pun terbakar dan menjadi lautan api, setelah kebakaran besar itu Hanoman menceburkan dirinya ke dalam laut untuk memadamkan api di ekornya.
Para penghuni Nirwana memuji keberanian Hanoman. Setelah itu ia mengabarkan kepada Sri Rama mengenai keadaan yang terjadi di Alenka dan tempat keberadaan Sinta.
Rama yang ditemani Laksmana dan dibantu oleh pasukan Sugriwa yang terdiri dari wanara (kera) mendatangi Alenka dan menggempur habis pasukan Rahwana, hingga raja raksasa dari alenka itu kalah.
Kisah Hanoman dalam cerita Ramayana, keberanian dan kesetiaannya menjadi legenda dalam dunia pewayangan.