Dengan demikian, tradisi sungkeman saat hari raya idul fitri merupakan akulturasi budaya jawa dan Islam.
Makna Sungkeman
Tradisi Sungkeman pada hari raya Idul Fitri memiliki makna yang mendalam.
Sungkeman merupakan bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap peran serta bimbingan yang telah diberikan oleh orangtua atau generasi yang lebih tua.
Melalui Sungkeman, anak-anak menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan dan khilaf yang telah dilakukan selama ini.
Tradisi ini juga menciptakan hubungan yang lebih erat antara anggota keluarga dan memperkuat rasa persaudaraan serta rasa kebersamaan.
Tata cara sungkeman
Selain itu, tradisi sungkeman pada hari raya Idul Fitri juga memiliki tata cara yang khas.
Biasanya, tradisi sungkeman dilakukan dengan berlutut atau membungkuk sambil menyentuhkan dahi ke tangan orangtua atau orang yang lebih tua secara lembut.
Ungkapan kata-kata permohonan maaf disampaikan dengan rendah hati dan tulus, sebagai bentuk pengakuan akan segala kesalahan dan harapan untuk memperbaiki diri di masa yang akan datang.
Setelah itu, orangtua atau orang yang lebih tua pun memberikan doa dan ucapan maaf sebagai bentuk pengampunan.
Tata cara sungkeman yang standar pada umumnya dilakukan dengan membungkukkan badan secara perlahan, lalu tangan anak menggamit tangan orangtua untuk menciumnya seraya bersimpuh.
Selain anak kepada orangtua, tradisi sungkeman juga dilakukan antara anggota keluarga yang lebih muda kepada anggota keluarga yang lebih tua seperti nenek, kakek atau paman.
Hal ini menciptakan suasana kebersamaan yang penuh kehangatan, mengingat momen Idul Fitri juga menjadi waktu berkumpulnya seluruh keluarga.
Tradisi sungkeman ini tidak hanya menjadi ajang permintaan maaf, tetapi juga kesempatan untuk mempererat ikatan keluarga dan memupuk rasa saling pengertian serta kasih sayang.
Di era modern seperti sekarang, tradisi sungkeman pada hari raya idul fitri masih terus dilestarikan dan dilakukan oleh banyak keluarga di Indonesia.