Seperti juga di zaman sekarang, perbedaan mengenai penetapan 1 Ramadhan terjadi juga di masa Hindia Belanda.
BACA JUGA: Menanti Program Lelang POLYTRON Fox-S di IIMS 2024! Berikut Daftar Harganya di Pulau Jawa
BACA JUGA: Jalan Tol Getaci Lintasi Perum Asri Residence, Penghuninya Tolak Relokasi, Maunya Ini Saja
Di masa sekarang yang bertugas menetapkan 1 Ramadhan adalah pihak Kementerian Agama dengan menyertakan perwakilan dari berbagai ormas Islam.
Maka pada masa Hindia Belanda yang mengatur urusan penetapan 1 Ramadhan atau yang melakukan sidang itsbat mengenai awal Ramadhan serta Idul Fitri adalah Perhimpoenan Penghoelo dan Pegawainya (PPDP) yang dalam iatilah Belanda disebut Hoofdbestuur
2. Kemeriahan Menyambut Ramadhan
Menjelang Ramadhan pada masa Hindia Belanda, masyarakat menyambutnya dengan sangat antusias.
Hal ini terbukti dari penyambutan yang meriah saat menjelang bulan Ramadhan.
Kemeriahan ini ditandai dengan menyalakan meriam yang kala itu masih mudah dijumpai di beberapa kawasan.
Lalu orang-orang juga menyalakan petasan, mercon dan benda lain yang bisa mengeluarkan bunyi yang keras.
Antusiasme ini melahirkan kemeriahan dan keseruan karena ramadhan merupakan bulan yang dinanti-nanti.
3. Perjalanan Menegangkan dan Penuh Drama bagi Jamaah Haji
Pengalaman unik lainnya yang dirasakan oleh umat Islam di Hindia Belanda adalah apa yang dialami para jamaah haji.
Menjelang Ramadhan mereka yang berangkat naik haji ke Mekkah besar kemungkinan sedang berada di dalam kapal di atas lautan, dalam perjalanan menuju pelabuhan Jeddah.
Perjalanan ibadah haji pada masa Hindia Belanda sangat berat, mengingat satu-satunya jalur yang bisa dilewati saat itu adalah jalur laut.
Maka tak heran jika perjalanan para jamaah haji saat itu penuh dengan ketegangan, medan yang berbahaya dan penuh drama, mengingat waktu tempuhnya bisa memakan waltu 40 hari lamanya.