“Pekerjaannya kemungkinan level buruh pabrik atau toko atau wirausaha mandiri,” katanya.
Agar Kota Tasikmalaya keluar dari kondisi tersebut, lanjut Dr. Syarip Hidayat, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan.
BACA JUGA:Durian Tasikmalaya Memiliki Biji Tipis Seperti Durian Musang King? Cek Penjelasannya di Sini
BACA JUGA:KPU Pangandaran Musnahkan Surat Suara yang Rusak Sehari Sebelum Pencoblosan
“Kalau hanya untuk upgrade tingkat pendidikan warga dapat dilakukan program Gerakan Kembali Belajar atau Sekolah,” tukasnya.
Seperti menggiatkan kembali semua pusat belajar masyarakat untuk mengambil paket belajar A, B, dan C maupun di pesantren (ula, wustho, 'ulya).
Termasuk pro aktif mendata dan mengajak warga untuk ikut serta dan melayani keinginan belajar warga.
Tetapi kegiatan itu harus gratis alias tidak berbayar.
BACA JUGA:Tasikmalaya Banjir Durian, 21 Ribu Ton Durian Tasikmalaya Sudah Dipanen, Bagaimana dengan Harganya?
Langkah berikutnya Pemkot membuat kebijakan belajar sepanjang hayat.
Tidak boleh ada regulasi yang menghambat warga untuk kembali belajar.
Ditandaskan Syarip Hidayat, hal yang lebih substantif pendidikan itu dalam perspektif ekonomi adalah sebagai modal atau investasi besar.
Tujuannya supaya daya beli membesar, ekonomi tumbuh. Tidak hanya sekedar jadi end user atau konsumen.
BACA JUGA:Jadwal KIP Kuliah 2024 Telah Dibuka, Ini Prosedur Pendaftaran KIP Kuliah untuk Calon Mahasiswa Baru