Karena penasaran Ibu ternyata bertanya pada tetangga yang lain, yang juga penerima beras bantuan pemerintah. Bertanya pakah berasnya bagus atau tidak. Ternyata yang lain pun menerima beras yang sama persis dengan Ibu.
Tanpa berpikir panjang, Ibu berniat menjual beras bantuan pemerintah itu ke tukang jualan nasi goreng suapay nanti bisa dibelikan beras lagi yang agak bagus meskipun jumlahnya tidak bisa sampai 10 kg.
Ternyata tukang jualan nasi goreng pun tidak mau menerima beras itu. “Katanya tidak akan enak dibuat nasi goreng juga, tidak diterima,” kata Ibu.
Sampai di rumah, Ibu pun bingung apakah tetap memasak beras itu atau harus membeli lagi. Namun karen Ibu sudah mencoba mau menjualnya tidak ada yang laku, akhirnya terpaksa Ibu pun memasak beras bantuan pemerntah itu. Beras itu sebagian Ibu masak dan sebagian ibu berikan kepada tetangganya yang membutuhkan beras juga.
BACA JUGA:Ini Bedanya Pinjol Easycash dan Pinjol Akulaku, Mana yang Lebih Besar Kasih Pinjaman?
“Ya ibu masaka saja, tidak apa-apa, yang penting ada nasi buat makan. Meskipun setelah dimasak nasinya lengket, kaya dicampur ketan, dan tidak ada rasanya, baunya juga kurang enak."
"Tapi tidak apa-apa Alhamdulillah ada rezeki masih bisa makan,” tutur Ibu sambil tersenyum. Ibu adalah seorang pedagang keliling. Dia biasanya berjualan lauk nasi yang sudah dibungkus dan dijual Rp2 ribu sampai dengan Rp3 ribu per hari."
"Tidak banyak juga jualan yang dia bawa. Tapi itu bisa memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bagi keluarganya.
Tidak hanya Ibu, ad juga sebut saja Bapak. Sebagai penerima beras bantuan pemerintah. Bapak sudah terdaftar sejak lama sebagai penerima bantuan beras. Bapak pun senang ketika menerima kabar ada bantuan beras lagi yang akan dibagikan.
BACA JUGA:Wow Persib Meledak Bersama Bojan Hodak, Taktiknya Simpel Tapi Mematikan hingga Bobotoh Yakin Juara
Kali ini Bapak mengambilnya di RT, ada biaya iuran ongkos angkut sebesar Rp10 ribu untuk bisa membawa beras tersebut.
Bagi Bapak, mengeluarkan uang Rp10 ribu tidak masalah untuk bisa mendapatkan 10 kg beras. Lumayan bisa sedikit menghemat pengeluaran keluarga. Apalagi harga beras masih tinggi di warung dan di pasar.
Bapak pun pergi mengantri untuk mengambil beras bantuan pemerintah. Namun Bapak kaget ketika di lokasi banyak yang berdesas-desus. “Bisi gehger beras na beda (jangan kaget, berasnya beda, red),” katanya.
Bapak pun penasaran, dia membuka karung beras yang dibawanya. Dan kaget, ternyata berasnya berwarna kecoklatan, butirannya kecil-kecil, tidak harum beras.
BACA JUGA:Anggota Binaan KOPMU-DT Dilatih Social Entreprenership Sebagai Solusi Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Bapak pun disarankan oleh tetangga untuk menjual berasnya kepada orang lain. Akhirnya Bapak menukarkan beras 10 kg itu dengan beras lain yang lebih bagus.