Di antaranya berinfak dan sodakoh, beritikaf di masjid sambil membaca Al Qur’an, sholat sunat, berdzikir dan beristighfar.
Ustadz H Asep Musthofa saat mengisi kajiaj di Studio Radar Tasikmalaya TV memberikan saran tentang malam Lailatul Qadar.
BACA JUGA: Timur Tengah Siap Ambil Alih Inter Milan dari Pemilik China
Menurut Ustadz Asep Musthofa malam Lailatul Qadar tidak instan diburu di sepuluh malam terakhir Ramadan.
“Kita harus start dari awal Ramadan. Perbanyak beribadah, berdzikir, beristighfar, berbuat baik kepada orang tua,.kerabat juga kepada sesama,” ujarnya.
Menurut Ustadz Asep Musthofa, mengutip QS Al 6ayat 183, bahwa puasa Ramadan adalah wahana untuk meraih predikat manusia bertakwa.
Tentu proses ini tidak bisa serta merta. Makanya ada persiapan di dua bulan sebelum Ramadan yakni bukan Rajab dan Syaban.
BACA JUGA: Soal Remaja Pesta Miras di Depan Kantor Dispora, Wawali Kota Banjar Bilang Begini
Dua bulan itu persiapan menuju kompetisi di bulan Ramadan. Maka, tandas alumni Ponpes Gontor ini, mereka yang ikut kompetisi logikanya harus yang lulus seleksi dulu.
”Anggaplah dua bulan yakni Rajab dan Syaban adalah seleksinya. Jadi tidak hanya sepuluh malam terakhir lalu memburu lailatul qadar. Ada prosesnya dulu,” yakin Ustadz Asep Musthofa.
Meski begitu, menurut ustadz asal Cimerah Singaparna Tasikmalaya ini, semoga semua umat Islam yang beriman bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar itu sebagai kasih sayang dari Allah.
Sementara itu dari Ramadan ke Ramadan, umat Islam banyak memilih beritikaf di masjid-masjid sesuai favoritnya.
BACA JUGA: WADUH, Surat Minta THR ke PO Bus Budiman Beredar, Kepala BNN Kota Tasikmalaya: Mohon Maaf
Untuk kota-kota besar biasanya di Masjid Raya atau Masjid Agung.
Kalau di kota kecil seperti kecamatan ramai beritikaf di masjid-masjid besar.
Sedangkan umat Islam yang ada di desa atau kelurahan memilih itikaf di masjid jami atau masjid yang biasa dipergunakan untuk ibadah sjolat jumat.