Nominasi dari Indonesia dalam keikutsertaan tersebut ternyata bukan hanya diwakilkan oleh Candi Borobudur. Ada Sawah Terasering Tegallalang dari Bali yang juga turut masuk nominasi meski gagal pada tahap selanjutnya.
Pemungutan suara untuk daftar 7 Keajaiban Dunia dilakukan secara bertahap mulai 2000 hingga 2007. Pihak penyelenggara juga menyiapkan 7 panelis untuk memilih 21 finalis dari 77 destinasi wisata yang diikutsertakan.
Tujuh panelis tersebut diambil dari para arsitek di berbagai belahan dunia. Mereka adalah Aziz Tayob, Cesar Pelli, Zaha Hadid, Harry Seidler, Tadao Ando, Federico Mayor Zaragoza, dan Yunho Chang.
Salah seorang panelis sekaligus Mantan Direktur UNESCO Federico Mayor Zaragoza berpendapat, tugas seorang panelis adalah hal yang sulit. Dengan kata lain, pihaknya harus memilih 21 finalis dari 77 tempat wisata dengan suara terbanyak.
“Pilihan para ahli internasional didasarkan pada kepentingan arsitektur dan budaya, serta keindahan monumen dan strukturnya,” kata dia.
BACA JUGA:Wali Kota dan Istri Kick Off Bulan Imunisasi Anak Nasional
Adapun tahapan lengkap dalam pemilihan 7 Keajaiban Dunia tersebut di antaranya:
2000-2004: Kampanye awal untuk pembukaan voting 7 Keajaiban Dunia
2004-2005: Terpilih 176 nominasi dari berbagai negara dan dikerucutkan menjadi 77 dengan voting terbanyak untuk diserahkan kepada panelis
1 Januari 2006: Pengumuman 21 finalis dari 77 nominasi
7 Juli 2007: Pengumuman daftar resmi 7 Keajaiban Dunia di Lisbon, Portugal
BACA JUGA:Kompetisi Esports Pelajar Terbesar di Indonesia
Meski Candi Borobudur gagal masuk dalam daftar buatan NOWC tersebut, destinasi wisata unggulan Indonesia tersebut masuk dalam penetapan warisan budaya dari UNESCO pada 1991. Pengkaji Pelestari Balai Konservasi Borobudur Brahmantara, mengaku hal itulah yang paling penting bagi Borobudur.
“Tentang 7 Keajaiban Dunia itu kan polling media. Kalau yang terkait dengan pengelolaan Candi Borobudur sebagai warisan dunia itu adalah penetapan dari UNESCO. Yang penting yang penetapan ini,” kata Brahmantara.
Brahmantara menambahkan, proses pembuatan Candi Borobudur juga sudah memiliki keajaiban dari aspek ilmiah pada zamannya. Pasalnya, penyusunan batu Candi Borobudur sudah menggunakan teknik penguncian atau interlock berupa teknik arsitektur mirip puzzle jigsaw. (jabarekspres)