RADARTASIK.COM – Tidak ada yang tahu persis kapan bisnis cicak, kodok dan ular dimulai di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat.
Beberapa warga mengatakan bisnis ular dimulai saat ada salah seorang warga di desa tersebut yang memiliki majikan atau bos warga Tionghoa.
Suatu waktu, sang majikan membutuhkan ular untuk obat. Dari sana, pesanan ular, katak, hingga cicak itu datang.
”Ya awalnya ada beberapa warga yang mengolah ular karena ada yang pesan. Kemudian ada yang pesan cicak dan kodok,” ujar Kaur Pemerintahan Desa Kertasura Kabar.
BACA JUGA: Cicak Kering Juga Diekspor ke Vietnam, Pengiriman Perdana Bernilai Rp 150 Juta
”Awalnya dalam satu blok desa. Yang beli orang-orang luar. Akhirnya berkembang sampai sekarang,” ujar dia kepada Radar Cirebon, akhir Bulan September 2016.
Akhirnya, dari awalnya menjijikkan, bisnis itu pun berkembang menjadi menjanjikan.
Ada tenaga kerja Indonesia (TKI) yang memilih pulang kampung dan menjalani usaha ini.
Beberapa kuli bangunan juga beralih menjadi pemburu ular, kodok, dan cicak.
Pengolahan hewan melata itu bahkan memantik perhatian dunia.
Tak heran, Desa Kertasura dikenal sebagai kampung ular.
Ular memang menjadi komoditi pertama yang menjadi bagian dari industri rumahan pengolahan hewan melata ini.
”Kalau ular dan kodok memang sudah sejak dari dulu. Dari ayah saya, sudah mulai ada. Turun temurun,” ucap Yono, salah seorang pengepul kodok di Kertasura.
BACA JUGA: Cicak Kering juga Diekspor ke Hongkong, Permintaannya Tinggi, Nilai Ekspornya Rp 70 Juta