Radartasik.com, KOTA TASIK — Komunitas Branjangan Tasikmlaya (Brantas) kian solid. Para pecinta burung ocehan ini menggelar silaturahmi internal alias kopda (kopi darat), dalam rangka saling support untuk mendatangkan rupiah lewat pembiakan atau breeding.
Diawali dari kegiatan silaturahmi, setidaknya sekali dalam sepekan, para pecinta burung ocehan jenis branjangan, kini mematangkan pada sektor bisnis. Peluang yang digali yaitu mulai jual beli burung siap gantangan (kontes), hingga breeding.
Di Brantas, ada dua pioneer breeding branjangan yang diklaim sukses di Tasikmalaya. Yakni Wawan Kartiwa alias Wan Avok dan Hendra Willyz. Dari tangan keduanya, populasi di alam liar yang mulai berkurang akibat perburuan, burung dengan nama latin mirafra javanica kini berhasil dikembangbiakan.
“Kami dari Brantas setidaknya ingin belajar melestarikan branjangan. Sekarang sulit untuk menemukan branjangan di alam liar,” ungkap Adam Yusuf, ketua Brantas kepada radartasik.com, Sabtu (12/2).
Menurut Adam, hobi yang dilakoni saat ini setidaknya bisa mendatangkan nilai materi. Niat ini dia anggap karena terbukanya peluang usaha, baik lewat jual beli burung yang sudah jadi, bahan trotolan dari hasil breeding.
Hal itu pula yang mendasari dirinya mulai terjun ke dunia breeding. “Poin utamanya menjaga dan melestarikan. Cara yang saat ini bisa kami lakukan lewat breeding. Ini juga masih belajar. Jadi selain Wan Avok dan Hendra Willyz, saya dan rekan-rekan mulai berguru ke dua orang itu (Wan Avok dan Hendra Willyz),” ungkap pria kelahiran Garut, Jawa Barat itu.
Mengulas soal peluang bisnis, Adam membeberkan, harga bakalan atau trotolan usia satu setengah bulan dipatok dengan harga 8 jutaan. Peminat trotolan dari Brantas ini dari berbagai daerah di pulau Jawa bahkan dari luar pulau. “Wan Avok sering jual ke Kalimantan,” sebut pria berambut jocrong yang juga sudah mulai menjual hasil breedingnya ke daerah seputar Jawa Barat.
Sepengetahuan dia, untuk membeli trotolan branjangan harus order terlebih dahulu. “Di Wan Avok harus antre. Ada list-nya. Saya yang baru jalan aja sudah banyak yang mau DP duluan,” ungkapnya.
Di Indonesia, burung bernama Latin Mirafra javanica punya empat subspesies. Yakni Mirafra javanica javanica, Mirafra javanica parva, Mirafra javanica aliena, dan Mirafra javanica timorensis. Dari empat jenis itu, branjangan jawa atau Mirafra javanica javanica yang paling diburu dan harganya paling tinggi.
Antusias kicau mania pada burung branjangan jenis javanica ini karena ocehannya yang variatif. Pinter menirukan suara burung lain, seperti love bird, kenari, cililin, ciblek dan lainnya.
Gaya yang khas, berada di tengah sangkar di atas batu apung, burung ini ngoceh sambil mengembangkan kedua sayap dengan licah. Ngleper-ngleper.
Dalam membuka peluang usaha terhadap sesama pecinta branjangan, Brantas untuk internal komunitas juga membuat program arisan. Mereka yang ingin membeli branjangan hasil breeding, dijual kepada anggota lewat arisan tersebut. “Sebulan sekali dua orang anggota masing-masing dapat satu trotolan hasil breeding kami,” kata dia.
Untuk menggelorakan sekaligus pelestarian, Brantas kerap menggelar lomba atau kontes. Lewat kontes ini, tak dipungkirinya banyak pecinta burung ocehan lain yang terus bergabung dan memelihara branjangan. “Cara sederhana ini mudah-mudahan ada manfaatnya,” tutup pria yang sudah menjual branjangan jagoannya seharga lebih dari Rp 100 juta. (try/radartasik.com)