Pemkab Garut Siapkan Talas dan Umi-umbian Sebagai Makanan Pokok Warga

Pemkab Garut Siapkan Talas dan Umi-umbian Sebagai Makanan Pokok Warga

KlikGarut, TARKI - Pembangunan di Kaburpaten Garut, terus semakin berkembang. Tak sedikit pembangunan fisik yang "memakan" lahan peranian, khususnya sawah.

Nah, guna mengantisipasi semakin menyempitnya lahan sawah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut tengah menyiapkan sejumlah bahan pangan alternatif untuk pengganti beras, sebagai bahan pokok warga. 

"Kita siapkan pangan alternatif, seperti talas dan umbi-umbian lainnya, yang akan digunakan sebagai bahan pengganti beras,” ujar Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Garut, Yudi Hernawan kepada wartawan, Selasa (25/05/21).

Yudi menerangkan, dampak menyusutnya lahan pertanian sudah mulai dirasakan, seperti berkurangnya penghasilan padi dari petani. 

“Biasanya beras Garut itu surplus setiap tahunnya, kini sudah tidak lagi karena menyempitnya lahan,” ujarnya.

Kata dia, Pemkab Garut dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan terus berbenah mencari pangan alternatif pengganti beras sebagai makanan warga. 

Menurutnya, ancaman ketersediaan lahan pertanian sulit dihentikan, maraknya pembangunan infrastruktur dan pengembangan perumahan rakyat membuat kawasan lahan pertanian banyak beralih fungsi. 

“Kalau kawasan lahan pertanianya menurun, ketersediaan pangannya juga salah satunya beras jelas terancam,” ujarnya.

Yudi mencontohkan, pembangunan jalan baru Lingkar Cipanas, Lingkar Kadungora dan Lingkar Leles, termasuk jalan tol nasional Gedebage-Garut-Tasik-Cilacap yang melintasi sekitar tujuh kecamatan di Garut, banyak memakan lahan pertanian warga. 

“Itu belum yang terancam akibat pengembangan perumahan rakyat, pembangunan pabrik dan lainnya,” ujarnya.

Pihaknya mencatat dalam satu dekade terakhir sejak 2009 lalu terjadi alih fungsi lahan pertanian yang cukup signifikan. Awalnya kawasan lahan pertanian warga tercatat di angka 52 ribu hektare.

Kemudian, lima tahun berselang, angka itu menyusut, menjadi 48 ribu hektare dan 2019 kembali menyusut. 

“Sekarang paling di angka 42 ribuan. Artinya dalam sepuluh tahun terakhir terjadi alih fungsi lahan hingga ribuan hektare,” katanya.

Untuk menghindari terjadi ancaman kekurangan pangan, terutama beras yang menjadi bahan pokok warga, pihaknya terus mengampanyekan penggunaan bahan alternatif pengganti. 

“Kami banyak bahan pangan alternatif yang tak kalah kualitasnya sama beras, mulai talas, ganyol, jagung, singkong hingga umbi-umbian yang jumlahnya melimpah,” terangnya.

Dengan upaya itu kekhawatiran terjadinya penyusut hasil pertanian bisa segera ditanggulangi sejak dini, termasuk menghilangkan ketergantungan warga pada beras. 
“Pekerjaan kita saat ini bagaimana tantangan mengalihkan kebutuhan dari beras dan terigu ke bahan pangan lainnya,” ujarnya.

Tidak hanya itu, program kampanye One Day No Rice (Satu Hari Tanpa Beras) yang pernah diterapkan di Garut bisa kembali digalakan untuk mengurangi ketergantungan warga pada beras. 

“Memang sulit, kadang kita sudah makan leupet (lontong), mie, belum yang lain, tapi kalau belum makan beras (nasi), rasanya belum makan,” paparnya. (ynt/KlikGarut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: