NIF di Kaki Gunung Sawal Ciamis Mulai Kembangkan Peternakan Ayam Sentul, Itik Cihateup hingga Domba Garut

NIF di Kaki Gunung Sawal Ciamis Mulai Kembangkan Peternakan Ayam Sentul,  Itik Cihateup hingga Domba Garut

Qonny Ilma Nafianti, Peternak dari Tambaksari Ciamis menyerahkan Ayam Sentul kepada Owner NIF, Asep Dadang, Sabtu 19 Juli 2025. rezza rizaldi / radartasik.com --

CIAMIS, RADARTASIK.COM - Konsep peternakan dan pertanian terpadu atau Integrated Farming terus dikembangkan di kawasan kaki Gunung Sawal, tepatnya di Dusun Banjar, Desa Kertamandala, Kecamatan Panjalu, Kabupaten CIAMIS

Lokasi ini menjadi pusat kegiatan breeding berbagai hewan ternak melalui Nunia Integrated Farming (NIF), yang dipelopori oleh Asep Dadang.

Menurut Asep Dadang, saat ini NIF mulai mendatangkan berbagai jenis ternak unggulan seperti Ayam Sentul dari Tambaksari Ciamis, Itik Cihateup dari Rajapolah Tasikmalaya, dan Domba Garut. 

Domba Garut yang dikembangkan terdiri dari seekor pejantan, tiga ekor buntingan, empat ekor siap kawin, dan satu ekor dara. Selain itu, NIF juga menghadirkan sepasang kelinci Hyla impor.

BACA JUGA:Cara Mudah Aktifkan Split Screen di Layar Monitor

“Fokus kami di NIF adalah breeding, bukan fattening. Jadi semua hewan ternak kami kembangkan agar menghasilkan keturunan berkualitas. Kalau bagus akan dipertahankan jadi indukan atau pejantan, kalau tidak ya dijual,” ujar Asep, Sabtu 19 Juli 2025.

Asep juga menyebutkan bahwa Domba Garut yang dikembangkan mencakup empat tipe, yaitu tanduk leang, golong tambang, gayor, dan ngabendo. 

Jenis-jenis ini banyak dicari masyarakat karena bentuk tanduknya sudah terlihat sejak kecil, sehingga bernilai tinggi secara genetik maupun estetika.

Kolaborasi pengembangan juga dilakukan dengan peternak Ayam Sentul asal Tambaksari, Qonny Ilma Nafianti. 

BACA JUGA:Lima Anggota Keluarga Dibacok di Tasikmalaya, Kata Kades: Pelaku Kabur saat Situasi Masih Gelap

Ia menyatakan pihaknya menyerahkan tiga paket Ayam Sentul ke NIF, yang masing-masing paket terdiri dari satu jantan dan empat betina dari varian Sulangi, Jepe, dan Pituin.

“Kami kembangkan genetik asli Ayam Sentul berbasis peternakan rakyat. Tak boleh berbentuk korporasi dan maksimal 2.000 ekor per KK. Jika berkembang, kami kolaborasi lagi dalam pemasaran,” tutur Qonny.

Dukungan pun datang dari kalangan ulama. Pimpinan Pondok Pesantren Ihya As-Sunnah Tasikmalaya, Abu Qatadah, menyebut keberadaan NIF sebagai bentuk integrasi antara pelestarian hewan, pendidikan, dan nilai-nilai Islam.

“Ini bukan hanya farming, tapi juga edukasi dan pelestarian jenis-jenis hewan. Dalam Islam, menjaga komunitas makhluk hidup itu penting. Jadi ada pelajaran agama, biologi, hingga konservasi,” tegas Abu Qatadah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait