Praktik Jual Beli Kursi Bayangi PPDB di Kota Tasikmalaya, Disdik Ancam Sanksi Tegas

Praktik Jual Beli Kursi Bayangi PPDB di Kota Tasikmalaya, Disdik Ancam Sanksi Tegas

Ilustrasi PPDB. istimewa for radartasik.com--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) atau Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini kembali diwarnai praktik dugaan kecurangan. 

Di tengah antusiasme orang tua dan calon siswa berebut kursi sekolah negeri favorit melalui jalur zonasi, prestasi, dan afirmasi, dugaan praktik jual beli kursi oleh calo kembali mencuat.

Fenomena ini bukan hal baru. 

Setiap musim penerimaan siswa baru, sejumlah orang tua kerap mendapat tawaran untuk memasukkan anaknya ke sekolah impian melalui jalur belakang dengan imbalan uang jutaan hingga puluhan juta rupiah. 

BACA JUGA:20 Juni dalam Sejarah: Rilis Film Jaws, Ultah Lionel Richie hingga LeBron James Masuk NBA

Modusnya pun beragam, mulai dari mengaku sebagai orang dalam, pejabat sekolah, hingga bekerjasama dengan oknum di dinas pendidikan.

Praktik tersebut jelas mencederai prinsip keadilan dalam pendidikan. 

Akses sekolah negeri yang seharusnya terbuka dan adil untuk semua, justru diperjualbelikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Menanggapi hal ini, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Tedi Setiadi, menegaskan bahwa pihaknya akan bertindak tegas terhadap pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran.

BACA JUGA:Jajak Pendapat 55 Calon Pemain Liga Indonesia All Star di Piala Presiden 2025

“Kalau ada pegawai Disdik yang terbukti terlibat dalam jual beli kursi, silakan laporkan langsung ke saya atau datang ke kantor. Kami akan memberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku,” tegas Tedi kepada wartawan, Jumat 20 Juni 2025.

Tedi juga menjamin bahwa setiap laporan akan ditindaklanjuti secara serius dan transparan. 

Ia mendorong masyarakat agar tidak takut melapor jika menemukan indikasi kecurangan dalam proses penerimaan siswa baru.

Selain itu, ia mengimbau orang tua untuk tidak memaksakan anak masuk ke sekolah tertentu hanya karena faktor gengsi atau popularitas. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: