35 Warga Tasikmalaya Jadi Korban Penipuan Berkedok Program MBG, Rugi Hingga Ratusan Juta

35 Warga Tasikmalaya Jadi Korban Penipuan Berkedok Program MBG, Rugi Hingga Ratusan Juta

Moena Rosliana (35) memperlihatkan dapur gizi yang telah dia bangun di Bungursari Kota Tasikmalaya, Kamis 30 Januari 2025 sore. istimewa--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Sebanyak 35 warga TASIKMALAYA menjadi korban penipuan yang diduga dilakukan oleh yang mengatasnamakan paguyuban dengan mencatut nama Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Para korban mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah setelah menyetorkan uang untuk sertifikat halal yang dijanjikan pihak paguyuban.  

Salah satu korban, Moena Rosliana (35), mengungkapkan bahwa awalnya ia mendapatkan informasi dari rekan-rekannya mengenai program sertifikasi halal untuk produk pertanian di Cilembang pada Desember 2024. 

"Awalnya ada link dari teman, lalu ada pertemuan dengan anggota paguyuban untuk membahas sertifikasi halal," ujarnya kepada wartawan, Kamis 30 Januari 2025.  

BACA JUGA:Hakim Tolak Praperadilan Kasus Pengeroyokan di Jalan SL Tobing Kota Tasikmalaya

Dalam sosialisasi tersebut, pihak paguyuban meminta uang sebesar Rp 8,5 juta sebagai biaya sertifikasi halal tanpa menunjukkan identitas resmi.  

"Sejak awal sudah terasa janggal karena mereka mengaku dari lembaga halal, tapi tidak menunjukkan kartu anggota. Mereka langsung meminta biaya sertifikasi," terang Moena.  

Ia mengaku telah menyetorkan Rp 17 juta untuk dua dapur gizi yang dikelolanya bersama sang ibu. Namun, hingga kini, sertifikat yang dijanjikan tak kunjung diberikan.  

Pada pertengahan Desember 2024, Paguyuban tersebut kembali mengadakan pertemuan dengan para korban, menjanjikan bimbingan teknis (bimtek) yang ternyata juga berbayar.  

BACA JUGA:Pohon Rambutan Tumbang Ditiup Angin, Evakuasi Terhambat Sekolah dan Akses Jalan di Sukarame Tasikmalaya

"Biaya bimtek bervariasi, ada yang Rp 8,5 juta, Rp 11,1 juta, bahkan di daerah Ciawi mencapai Rp 20 juta," bebernya.  

Di Tasikmalaya, biaya bimtek ditetapkan Rp 2,2 juta, tetapi hingga kini kegiatan tersebut belum juga terlaksana.  

"Dari pertemuan ke pertemuan, mereka selalu membahas uang. Janjinya bimtek, tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan," tambah Moena.  

Moena menjadi salah satu korban dengan kerugian terbesar, karena telah menggelontorkan dana besar untuk membangun dapur gizi dan kantor yang sesuai standar program.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: