Hamzah Fansuri: Seorang Ulama dan Pujangga Klasik Abad Ke-16, Pelopor Sastra Melayu di Nusantara

Hamzah Fansuri: Seorang Ulama dan Pujangga Klasik Abad Ke-16, Pelopor Sastra Melayu di Nusantara

Mengenal sosok Hamzah Fansuri, ulama dan pujangga melayu abad ke-16. Foto: Tangkapan layar youtube/reka foto--

Secara teknis, syair-syair Hamzah Fansuri pada umumnya memiliki ciri khas, seperti jumlah bait yang terdiri dari 13-21 bait.

Di mana setiap baitnya dibangun oleh empat baris, dan irama yang digunakan biasanya berpola a-a-a-a. 

BACA JUGA: Komentar Shin Tae Yong Usai Timnas Indonesia U-23 Tertahan Lolos ke Olimpiade Paris 2024 Tetap Bikin Semangat

BACA JUGA: Seri Tokoh Filsafat: Ludwig Wittgenstein dan Pemikirannya Tentang Filsafat Bahasa serta Pengaruhnya di Abad Ke

Karakteristik dalam syairnya itu sedikit banyak terinspirasi dari puisi-puisi Arab dan Persia seperti Rubaiyat karya Umar Khayyam.

Peninggalan Hamzah Fansuri

Karya-karya Hamzah Fansuri meliputi puisi, prosa, hikayat, dan syair-syair spiritual (sufistik). 

Salah satu karya terkenalnya adalah Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat Tauhid, yang berisi tentang pembahasan mengenai ilmu tauhid dan thariqat.

Pengaruh Hamzah Fansuri dalam kebudayaan Melayu dapat dilihat dalam bentuk penggunaan bahasa Melayu klasik yang kaya dan puitis. 

Karyanya juga memberikan wawasan tentang nilai-nilai spiritual Islam yang dijunjung tinggi pada masa itu. 

Karya-karya beliau mempengaruhi perkembangan sastra Melayu.

Sebagaimana diketahui bahwa bahasa melayu yang menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca pada masa Hindia Belanda merupakan cikal bakal dari bahasa Indonesia.

Hal ini tak lepas dari peran para pujangga melayu sebagai pelopornya, salah satunya adalah Hamzah Fansuri.

Hamzah Fansuri diakui sebagai salah satu sastrawan terbaik dalam tradisi sastra Melayu. 

Karya-karyanya telah menjadi bahan pembelajaran dan apresiasi sastra di berbagai kalangan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: