Prihatin! Baru Awal Tahun 2023, Kejari Garut Tangani 20 Kasus kekerasan seksual

Prihatin! Baru Awal Tahun 2023, Kejari Garut Tangani 20 Kasus kekerasan seksual

Wakil Bupati Garut dr Helmi budiman dan Kejari Garut Neva sari susanti saat diwawancarai terkait tingginya kasus rudapaksa di Kabupaten Garut.-Egi Sugiana/Radar Tasikmalaya-radartasik.com

TAROGONG KIDUL – Kasus kekerasan seksual masih terjadi. Di Kabupaten Garut sendiri, kasus ini terbilang tinggi, bahkan menempati urutan kedua setelah kasus penyalanggunaan obat-obatan terlarang dan narkotika yang ditangani Kejaksaan Negeri Garut.

“Kasus kekerasan seksual atau rudapaksa yang kita tangani memang cukup tinggi. Kasus ini menempati urutan dua terbanyak setelah kasus penyalahgunaan obat terlarang dan narkotika,” ucap Kepala Kejaksaan (Kejari) Garut Neva Sari Susanti usai pemusnahan barang bukti kejahatan di Kejari Garut, Senin (6/2/2023).

Ia menyebutkan, dari Januari sampai Februari sudah terjadi 20 kasus rudapaksa. Hal itu membuktikan tingginya kasus tersebut jika di bandingkan dengan kasus lainnya.

“Tahun 2023 belum mencapai dua bulan, tapi kami sudah menerima pelimpahan kasus kekerasan seksual terhadap anak sebanyak 20 perkara,” kata Neva.

BACA JUGA: Usulan Perda Anti-LGBT di Garut Segera Dibahas, Wakil Bupati: Suara Mayoritas Bulat

Neva menuturkan, 20 kasus tersebut yang baru ditangani aparat penegak hukum (APH) saja. Kasus keseluruhan di lapangan, kata dia, tidak menutup kemungkinan jauh lebih banyak.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan korban dari kasus rudapaksa kebanyakan adalah anak masih di bawah umur. Pelakunya adalah orang-orang terdekatnya. “Anak-anak korbannya belum 17 tahun ya,” ungkap Neva.

Ia menyebut seluruh pelaku dari kasus kekerasan seksual akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Kejari Garut juga, lanjut Neva, tidak mengeluarkan kebijakan untuk melakukan restorative justice (RJ) untuk kasus tersebut. Sebab, tidak akan bisa dilakukan meskipun kedua belah pihak memilih jalur damai. “Enggak bisa RJ (restorative justice) itu korbannya anak di bawah umur,” lanjutnya.

EKONOMI JADI FAKTOR

Di tempat yang sama, Wakil Bupati Garut dr Helmi Budiman menanggapi banyaknya kasus rudapaksa di Kabupaten Garut.

“Fakta ini benar-benar membuat saya prihatin bahkan begitu miris. Ternyata kasus kekerasan seksual atau rudapaksa di Garut ini sangat tinggi bahkan menempati urutan kedua,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, tingginya angka kasus kekerasan seksual yang dilakukan orang terdekat dilatarbelakangi berbagi faktor. Namun, dari berbagai faktor itu, ekonomi merupakan yang paling menonjol.

BACA JUGA: 70 Titik Lampu PJU Tahun Ini Bakal Dipasang Dishub Garut di Jalan Utama dan Objek Wisata

Contoh yang selama ini sering terjadi, ada keluarga miskin yang di dalam rumahnya hanya ada satu kamar, sehingga anak terpaksa masih harus tidur bersama orang tuanya walaupun sudah beranjak gede.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: