Nasib Perajin Souvenir Kerang di Pasar Wisata Pangandaran, Masih Bergelut Biar tidak Bangkrut

Nasib Perajin Souvenir Kerang di Pasar Wisata Pangandaran, Masih Bergelut Biar tidak Bangkrut

Usaha perajin souvenir kerang di Pasar Wisata Pangandaran masih lesu minimnya wisatawan yang berbelanja. -Deni Nurdiansah/Radar Tasikmalaya-

PANGANDARAN, RADARTASIK.COM – Usaha perajin souvenir kerang di Pasar Wisata PANGANDARAN tampaknya masih lesu. Bagi para perajin dan pedagang, imbas pandemi Covid-19 kelangsungan usaha souvenir kerang kian menukik karena minimnya pembeli. 

Perajin dan pedagang souvenir kerang di Pasar Wisata Pangandaran kini hanya bisa bertahan. Bahan dan produk kerajinan yang dijual, tidak lagi mengandalkan dari luar daerah, sehingga menjual souvenir kerang alakadarnya, demi bertahan hidup. 

Sebelum pandemi, sedikitnya omset yang didapat para perajin souvenir kerang Rp1-2 juta dalam seminggu. 

"Tapi sekarang dapat Rp300 ribu per minggu juga sudah untung," ujar salah satu pedagang, Susilawati kepada Radar, Minggu 29 Januari 2023.

BACA JUGA:Alhamdulillah Kuota Bantuan Rutilahu Kota Banjar Bertambah, Syarat Bagi Penerima Cek di Sini

"Kalau istilahnya sekarang lebih ke bertahan saja, jangan sampai bangkrut," jelasnya.

Susi biasanya mendatangkan bahan-bahan untuk kerajinannya itu dari Jawa Timur ditambah dari lokal Pangandaran. 

"Sekarang suka pikir-pikir dulu, salah satu alasanya ya ongkir (ongkos kirim, red) yang lumayan mahal," katanya.

Biasanya, ongkir yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan bahan kerajinan dari Jawa Timur, mencapai Rp5 juta. "Makanya, kadang-kadang saya harus barter dengan barang sebagian, supaya tidak terlalu berat," ucapnya.

BACA JUGA:Berhalangan Hadir, Mahasiswa STISIP Bina Putera Banjar Bisa Serap Materi Perkuliahan Lewat Ini

Lanjut dia, sepinya pembeli souvenir kerang turut dipengaruhi sedikitnya bus yang membawa wisatawan masuk ke areal Pasar Wisata Pangandaran. 

"Kebanyakan wisatawan dibawa langsung ke hotel. Bus-bus pariwisata itu ke sini (Pasar Wisata, red) hanya untuk parkir saja. Jadi sedikit sekali yang mau belanja souvenir," keluhnya.

Bagi Susi, bergelut dengan keadaan di tengah menurutnya daya beli wisatawan menjadi tantangan. Namun tidak demikian bagi pedagang lainnya. 

Kata dia, beberapa rekan pedagang lainnya lebih memilih tak lagi jualan. Pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan operasional yang dikeluarkan. "Sekarang sudah sedikit sekali (pedagang jualan), kita hanya bertahan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: