Gunung Poso

Gunung Poso

Momen ketika Farid Makruf dan Kapolda Sulteng saat itu Irjen Abdul Rakhman Baso terlibat dalam operasi terorisme di Sulteng.-disway.id-

Rumah itu berdinding hardboard. Rapi. Dengan pohon dan rumput di halaman. Itu rumah baru. Tentaralah yang membuat rumah itu menjadi baru. Asalnya hanya rumah kayu.

Ketika Jafar datang sekali lagi ke rumah Santoso, ia sudah tidak bisa diterima. "Saya diusir oleh anak perempuan Santoso, Warda. Saya dianggap mata-mata," ujar Jafar.

Santoso akhirnya tewas ditembak. Demikian juga 6 orang dari Xinjiang, yang sudah lebih dulu mati dalam operasi Gunung Biru. 

Santoso mati. MIT tidak mati. Posisi pimpinan pindah ke Ali Kalora. Asal Makassar. Istri Poso. Istri satunya lagi dari Bima, NTB.

MIT masih eksis. Serangan masih sering dilakukan oleh kelompok Kalora ini. Jumlah kombatannya sebenarnya tinggal 9 orang tapi sulit dihabisi. Dari 9 orang itu, 4 orang asal Bima.

Yang dikhawatirkan Farid adalah: anak-anak bebek sempat berkembang. ''Anak Bebek'' adalah istilah untuk anak-anak muda yang terpengaruh ajaran ekstrem MIT. 

Jumlah ''anak bebek'' seperti itu banyak. Anak umur 16 tahun pun bisa didoktrin membakar gereja. Ditangkap. Keluar penjara tambah berani: membawa bom bunuh diri.

Salah satu yang dianggap pembina anak bebek seperti itu adalah pemilik pesantren di Poso: Ustad Yasin. Tiga kali ia ditangkap, selalu tidak bisa diadili. Tidak ada bukti perbuatan pidananya.

Anak-anak korban serangan polisi pun ditampung di pesantren Ustadz Yasin. Jumlahnya belasan. Farid minta pembina anak bebek itu ditangkap. 

Ustad Yasin berasal dari Semarang. Waktu muda Ustadz Yasin seorang penyiar radio. 

Kini Ustad Yasin di tahanan polisi di Jakarta. 

Farid dan Kapolda Baso melakukan operasi teritorial. Istri Yasin, yang menggantikan suami sebagai pimpinan pesantren, sudah setuju ideologi di pesantren itu diubah.

Prinsip Farid, semua kombatan bersenjata harus ditangkap. Kalau melawan ditembak. 

Tapi operasi militer itu harus dibarengi dengan operasi teritorial. 

"Saat itu kami tidak henti-hentinya menyerukan agar mereka menyerahkan diri," ujar Farid. "Kita sampai mengirimkan rekaman suara istri mereka, agar mereka pulang. Dijamin tidak ditembak," ujar Farid. "Kita kirim juga rekaman suara anak-anak mereka. Tetap tidak menyerah," tambah Farid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: