Cerita Panucci Saat AC Milan Bantai Barcelona di Liga Champions: Saya Matikan Stoichkov, Pemenang Ballon d'Or
Ekpresi Christian Panucci usai pertandingan menghadapi Barcelona--
Di kubu Barcelona, aturan itu membuat Johan Cruyff tidak memilih Michael Laudrup dalam skuadnya untuk final, sebuah keputusan fatal menurut Capello.
Seusai pertandingan, Capello mengatakan: "Laudrup adalah orang yang saya takuti tetapi Cruyff meninggalkannya, dan itu kesalahannya".
Tanpa Brian Laudrup, Barcelona masih punya Hristo Stoichkov, peraih Balon d’Or dan top skor Piala Dunia 1994.
Stoichkov juga dua kali dinobatkan sebagai runner up untuk Pemain Terbaik Dunia FIFA pada tahun 1992 dan 1994, dan menjadi peraih sepatu emas Piala Dunia AS 1994.
Sebagi bek kiri AC Milan, Panucci akan menghadapi Hristo Stoichkov, sebuah situasi yang sangat tidak menguntungkan Rossoneri kala itu.
“Saya melawan Stoichkov, pemenang Ballon d'Or… Tapi saya telah bersiap untuknya, saya manjaganya setiap dua meter,” kata Panucci dikutip dari SempreMilan.
“Saya tidak membiarkan dia mengambil bola sekali pun, jika dia menginginkannya dia harus turun jauh ke dalam. Saya berkata pada diri saya sendiri: 'Dia orang Bulgaria, dia hanya masuk sekali dan kemudian dia hanya ingin bola di kakinya,” ungkap Panucci .
“Saya selalu dekat dengannya, dan ketika saya melihatnya bergerak ke kiri setelah 20 menit, saya berkata, Di sini saya melakukan setengah pekerjaan,” ulasnya
“Saya ingat ketika kami meninggalkan Athena dengan bus, orang-orang masih merayakannya. Itu adalah malam yang unik,” kenang Panucci.
Keberhasilan Christian Panucci mematikan Hristo Stoichkov menjadi salah satu faktor kemenangan AC Milan 4-0 atas Barcelona saat itu.
Banyak pakar kemudian menggambarkan permainan AC Milan melawan Barcelona di final Liga Champions menjadi permainan terbaik Rossoneri dalam sejarah Piala Champions Eropa/Liga Champions.
Bek AC Milan, Marcel Desailly bahkan menjadi pemain pertama yang memenangkan trofi Liga Champions berturut-turut dengan klub yang berbeda setelah menjadi juara bersama Marseille pada tahun 1993.
Christian Panucci kemudian menceritakan rahasia kesuksesan mereka dengan menempatkan Marcel Desailly sebagai gelandang tengah.
“Kami bermain seminggu sebelumnya di Florence dan mencoba Desailly sebagai gelandang tengah. Kami tiba di Athena dengan tenaga penuh, tetapi kami tidak menyangka akan memainkan permainan yang luar biasa,” tutur Panucci.
“Kami mematahkan Barcelona di semua sektor, mereka tidak mengerti apa-apa. Itu adalah permainan satu sisi, kami terlalu kuat untuk mereka malam itu,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber