Siapa Membunuh Putri (20) - Jangan Mengadu Domba

Siapa Membunuh Putri (20) - Jangan Mengadu Domba

Ilustrasi polisi.-Pixabay-

”Jadi menurut Bapak kami harus bagaimana? Maksud saya di luar urusan pemberitaan. Kalau soal berita kami akan tetap seperti selama ini karena kami tak melanggar apa-apa,” kata Bang Eel.

”Terus saja memberitakan apa adanya. Akan ada mutasi besar-besaran,” kata AKP Heru.

”Kapolresta kita bertahan?” tanya saya.

”Masih nego kelihatannya. Kalau pun diganti momennya menunggu Hari Bhayangkara. Beberapa bulan lagi.”

”Nego apa ya, Pak Kasat?” tanyaku.

”Ada lah itu. Kita tunggu. Makanya agak kencang ini perlawanannya,” katanya. ”tunggu saja. Yang penting semuanya nanti yang terbaik buat kota Borgam kita ini.” 

Bang Jon keluar ruangan lebih dahulu. Kepada saya dan Bang Eel, AKP Heru mau bicara terkait kasus pembunuhan Putri. Ia menjanjikan bisa atur waktu ketemu dengan penyelidik dari Satreskrim yang pertama kali memeriksa TKP, rumah AKBP Pintor. Hasil penyelidikannya tak ada di BAP. ”Kalau itu masuk BAP akan jelas semuanya, akan berubah konstruksi kasusnya,” kata AKP Heru. 

Pembicaraan kami hari itu tidak untuk diberitakan. Edo dibebaskan. Kasusnya tidak diberkaskan. Saya mengira itu bagian dari upaya menekan kami saja terkait kasus pembunuhan Putri. Sidang akan memasuki pembacaan putusan sela. Kuat kemungkinan sidang tak akan berlanjut, ke pembuktian, karena kurangnya bukti-bukti. Tim pembela yang diketuai Restu Suryono bekerja dengan cemerlang. 

”Kenapa kau telpon Jon?” tanya Bang Eel, sesampainya kami di kantor. Edo saya suruh beristirahat. Semalaman dia tak tidur katanya. ”Saya panik, Bang. Saya telepon saja orang-orang yang saya pikir bisa bantu bebaskan Edo,” kataku. Bang Eel tak bicara lagi. 

Saya pun langsung bekerja. Membacai semua koran lokal dan koran nasional yang selalu datang agak siang. Nurikmal datang dengan berita bagus. Ia memotret iring-iringan mobil yang subuh-subuh diangkut ke pelabuhan tikus di Pulau Golong. Menurut info penduduk di sekitar situ, sudah berhari-hari kegiatan itu dilakukan. 

”Mau dibawa ke mana?” tanyaku.

”Itulah yang sedang kita investigasi. Kita bisa pastikan itu bodong. Itu semua mobil dari Malaysia. Tanpa pelat. Seperti mobil yang banyak beredar di Borgam sini. Di sini legal, karena FTZ, kalau dibawa keluar harusnya kena pajak, kan, Bang…,” papar Nurikmal.  

Foto-foto yang berhasil dijepret Sapril kuat sekali. Ada trailer yang mengangkut mobil-mobil luar itu, proses memuat ke tongkang dan yang paling menarik adalah ada mobil yang jatuh sebelum termuat di tongkang. 

”Menurutmu siapa ya yang sedang bermain ini?” tanyaku.

Kalau tidak polisi ya tentara, kata Nurikmal. ”Kalau nggak, nggak mungkin Bea Cukai kayak membiarkan saja. Kok tidak tahu? Tak mungkin rasanya. Apalagi menurut info itu sudah berhari-hari, tiap malam, ratusan mobil,” kata Nurikmal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: