Hacker Bjorka Bocorkan Data Luhut Pandjaitan Belum Vaksin Booster, Netizen pun Ramai-ramai Memberikan Sindiran
Berdasarkan bocoran data dari Hacker Bjorka, Menko Marves sekaligus Koordinator PPKM Jawa Bali Luhut Binsar Pandjaitan nelum melakukan vaksin booster. foto: ist--
JAKARTA, RADARTASIK.COM – Kendati akun twitter dan telegramnya telah ditangguhkan, hacker Bjorka tidak kapok untuk kembali menyebarkan informasi data pribadi pejabat Indonesia yang berhasil diibobolnya.
Kali ini pejabat yang menjadi sasaran pembocoran data pribadinya adalah Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Lewat akun twitter terbarunya @bjorxanism, sang hacker mencolek Koordinaror PPKM Jawa Bali itu lewat cuitannya.
“gm (good morning) sir @luhut_binsar,” twit Bjorka yang diunggah sebagai sapaan selamat pagi untuk Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan atau biasa disapa LBP tersebut.
BACA JUGA: Debit Air Sungai Citanduy Lampaui Batas, Luapan ke Rumah Warga, Pengolahan Air PDAM Terganggu
BACA JUGA: Kendaraan Berat Non Penumpang Jangan Melintas! Jembatan Ciloseh Jalan Ahmad Yani Teracam Roboh
Sang hacker pun kembali mengajak para netizen untuk membuat kehebohan baru atas data LBP yang berhasil dibobolnya.
Benar saja lewat akun telegramnya, Bjorka menyebar data pribadi LBP. Bahkan data tersebut pun kini telah menyebar di twitter dan mewarnai kolom komentar cuitan Bjorka.
Parahnya, berdasarkan data yang disebar oleh Bjorka, terungkap bahwa LBP selaku Koordinator PPKM Jawa-Bali dan salah satu orang yang paling getol meminta masyarakat untuk melakukan vaksin Booster justru baru vaksin dua kali.
“Dari lubuk hati yang paling dalam, saya memohon kepada masyarakat yang belum melakukan vaksinasi lengkap sampai booster untuk dapat segera mendatangi gerai-gerai vaksinasi yang sudah ada,” kata Luhut saat mengajak masyarakat melakukan Booster sebagai syarat perjalanan, Senin 4 Agustus 2022 lalu.
BACA JUGA: MenPAN-RB Azwar Anas Berharap Seleksi PPPK 2022 Sudah Bisa Dibuka Akhir September
“Ini demi kebaikan kita bersama dalam menghadapi pandemi dan pemulihan ekonomi yang masih berjalan saat ini,” imbuh Luhut saat mengajak masyarakat melakukan Booster sebagai syarat perjalanan, Senin 4 Agustus 2022 lalu.
Hanya saja menariknya berdasarkan bocoran data dari Bjorka tersebut, jeda vaksin pertama dan kedua yang dilakukan Luhut kurang dari satu bulan. Yakni vaksin pertama dilakukan pada 13 Maret 2021, sedangkan vaksin kedua pada 3 April 2021.
Tak hanya itu, dari bocoran data yang ditunjukan Bjorka itu juga diketahui jika LBP belum melakukan Booster.
Karuan saja informasi itu langsung saja menjadi bahan perbincangan netizen.
BACA JUGA: Tak Hafal Pancasila, Anang Mundur dari Jabatan Ketua DPRD Lumajang dan Sampaikan Permohonan Maaf
BACA JUGA: Divonis 7 Bulan 15 Hari, Terdakwa Kasus 'Tempat Jin Buang Anak' Langsung Bebas, Jaksa Pilih Banding
Salah satunya akun yang mengomentari bocornya data LPB yang belum vaskin booster itu adalah akun @partaisocmed.
“Apa pesan kalian pada Pak Luhut yg mewajibkan PCR sebagai syarat perjalanan bagi yg belum booster sementara dia sendiri belum booster tapi sudah kemana2?,” cuit @partaisocmed.
Menariknya cuitan @partaisocmed itu dibalas oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan mengatakan dirinya hanya akan meretwit saja
“Sy retweet saja Tum (panggilan admin @partisocmed),” kata Susi Pudjiastuti lewat akun twitternya @susipudjiastuti
“Hadieu pasti bakal makin banyak anti-vaxxer gara-gara berita Luhut belum vaksin booster,” ujar akun @holo_regnare
“Pak Luhut galak amat nyuruh orang booster bahkan sampe ada yang gagal terbang gegara masalah ini. Eh dia sendiri baru 2 kali vaksin. Pathetic,” sindir akun @zidniadnan
Sebelumnya membocorkan data pribadi Luhut, Bjorka juga membeberkan data pribadi sejumlah pejabat dan tokoh publik, seperti Menkominfo Johnny G. Plate, pegiat media sosial Denny Siregar, ketua DPD Puan Maharani, Menteri BUMN Erick Thohir dan terbaru Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Mendagri Tito Karnavian.
Tanggung Jawab Kominfo?
Kebocoran data perusahaan BUMN dan pribadi pejabat yang terjadi hampir secara beruntun itu dinilai Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, bisa dikatakan menjadi tanggung jawab dari kesalahan Kementerian Kominfo dan perangkat negara seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BBSN).
BACA JUGA: Mulai 2023 Sistem Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di PTN Diambil Alih oleh Kemendikbudristek
“Kalau Kominfo tak mau tanggung jawab, lalu kepada siapa publik bertanya dan mengadu? Apa langsung ke Presiden?” terang Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, kepada Disway.id, Senin 12 September 2022.
Dari kejadian ini Jerry memandang tak ada gunanya Kominfo dalam upaya ikut melindungi data publik.
“Saya sarankan Presiden Jokowi copot saja Jhony Plate dari kursi menteri itu. Banyak dalih, pintar sekali kalau ngomong. Faktanya data presiden saja diumbar hacker Bjorka. Ini kita belum bicara situs judi online sampai data publik,” timpal Jerry.
“Jadi sangat memalukan hacker bisa tembus akun twitter Johnny G. Plate sampai ke akun kepala negara. Saya pikir bobolnya sejumlah situs sampai ke data pribadi kepala negara merupakan kelemahan antisipasi Badan Siber dan Badan Intelijen negara,” jelasnya.
Tapi anehnya, kata Jerry, masih dibantah pihak istana seolah-olah tak ada serangan siber oleh kelompok hacker.
Menariknya, di satu sisi hacker melakukan ini atas desakan netizen untuk membongkar kasus-kasus yang terjadi. Mulai pembunuhan Munir dan juga PKI.
“Bagi saya ini warning bagi pemerintahan Jokowi, lantaran aksi hacker Bjorka akan terus membuka baik rahasia negara bahkan konspirasi,” imbuhnya.
Jadi, lanjut Jerry, sistem keamanan data di Indonesia atau social security and cyber security sangat buruk.
BACA JUGA: Sungai Citanduy Meluap, 58 Rumah Warga di 3 Kecamatan di Kota Banjar Tergenang Banjir
BACA JUGA: Innalillahi, Dua Anak Kakak-Adik Tewas Tertimbun Longsor di Ciamis, Batu juga Berjatuhan ke Jalan
“Pejabat kita tong kosong bunyi nyaring dan lempar batu sembunyi tangan. Kalau Rumania mereka punya Bitdefender anti virus, malware, spyware sampai adware, kalau Rusia ada namanya Kaspersky, Amerika punya penangkal virus Norton. Indonesia ada smadav harusnya Kominfo atau BSSN gandeng anti virus ini,” timpalnya.
Di luar konteks bobolnya data publik, Jerry melihat kemampuan Hacker Bjorka dan Opposite nyaris satu tipe.
“Ya nyaris setipe. Cuma bedanya Opposite lebih mampu mengurai kronologi sebuah kejadian dari data yang diperolehnya. Sementara Hacker Bjorka cenderung menonjolkan kemampuannya dalam membobol data publik,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: disway.id