Taliban: Serangan Drone AS Melanggar Kedaulatan Afghanistan

Taliban: Serangan Drone AS Melanggar Kedaulatan Afghanistan

AFGHANISTAN, RADARTASIK.COM – Pemerintah Taliban di Afghanistan menyatakan mereka tidak memiliki informasi tentang kematian Ayman al-Zawahiri pemimpin Al Qaeda.

al-Zawahiri dikabarkan tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Kabul selama akhir pecan lalu.

Abdul Salam Hanafi, wakil perdana menteri kedua Taliban, mengutuk serangan drone AS karena melanggar "kedaulatan, hukum internasional dan perjanjian Doha" Afghanistan.

Hanafi mengacu pada kesepakatan 2020 antara Taliban dan Washington yang mengharuskan pasukan asing pimpinan AS untuk mundur dari Afghanistan.

Taliban sendiri sekarang menyebut pemerintahanya dengan nama Imarah Islam Afghanistan setelah pasukan AS hengkang dari negaranya.
 
“Kami masih belum mengetahui detail ini. Semua yang kami tahu adalah bahwa serangan udara telah terjadi di sini dan Imarah Islam kami mengutuk keras itu,” kata Hanafi dikutip dari Russian Today.

Hanafi menegaskan kembali komitmen pemerintahnya untuk tidak mengizinkan siapa pun menggunakan wilayah Afghanistan untuk melakukan atau merencanakan serangan terhadap negara tetangga atau negara lain.

BACA JUGA:Perusahaan Pembuat Baterai China Menunda Pembangunan Pabrik di AS Karena Kunjungan Pelosi

“Imarah Islam dengan tegas mendukung kebijakan ini,” lanjutnyanya.

Pernyataan Taliban muncul setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa CIA telah melakukan serangan pesawat tak berawak yang sukses di Kabul pekan lalu.

Serangan drone berhasil menewaskan Zawahiri yang berusia 71 tahun dan diyakini menjadi tangan kanan Osama bin Laden.

BACA JUGA: China: Rencana Taiwan untuk Merdeka dengan Bantuan Amerika Pasti Gagal

Para pejabat AS menuduh Taliban melanggar perjanjian Doha, mengklaim bahwa Zawahiri telah ditampung di Kabul oleh anggota senior yang disebut Jaringan Haqqani.

Jaringan Haqqani merupakan  faksi militan di dalam Taliban yang diyakini memiliki hubungan mendalam dengan Al Qaeda.

"Anggota Haqqani Taliban bertindak cepat untuk memindahkan istri Zawahiri, putrinya dan anak-anaknya ke lokasi lain, konsisten dengan upaya yang lebih luas untuk menutupi bahwa mereka telah tinggal di rumah persembunyian itu," kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.

Sementara itu, Utusan khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, Tomas Niklasson menulisdi Twitter pembunuhan Zawahiri di Kabul "memperkuat keraguan " pada komitmen Taliban untuk tidak membiarkan negara itu menjadi tempat yang aman bagi teroris.

Taliban telah membantah tuduhan ini dan bersikeras tidak mengetahui apa yang diklaim oleh Barat, menurut Suhail Shaheen, kepala kantor politik Taliban di Doha.

“IEA berkomitmen pada Perjanjian Doha. Investigasi sedang dilakukan sekarang untuk mengetahui kebenaran klaim tersebut. kata Shaheen.

Taliban kembali berkuasa di Afghanistan setelah penarikan pasukan AS. Komunitas internasional sebagian besar telah menolak untuk memberikan legitimasi kepada pemerintahan Taliban kecuali jika ia melonggarkan pembatasan hak-hak perempuan dan menegakkan janji kontraterorismenya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: russian today