Bunuh Novel

Bunuh Novel

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Sama Sulit

Kang Sabarikhlas

Pagi tadi saya pingin sarapan soto banjar di 'resto'Disway tapi di luar resto kok rame ada 'demo', saya lari takut kepentung. Kebetulan ada penjual pecel lesehan, saya nikmati pecel manis pedes. oh.ya itu pecel ditaruh dipincuk daun pisang dilapisi koran. habis makan 'taklirik' koran yg dijadikan pincuk..wow.. ada Abah, eh anu gambarnya Abah dengan senyumnya. pantesan ada yg bilang Abah itu the smeling jurnalis sumringah, pun dipincuk tetap senyum sumringah. saya pun slalu senyum tapi kok kecut... apa karna..sulit : sulit = sulit²...duh. ayok demo aja...

Harun Sohar

Pak Dahlan kurang cepat pula masuk dunia digital. Tahun 2006 saya pernah menawarkan kerjasama market place mirip Buka Lapak ke Jawa Pos. Market Place saya itu isinya UMKM khusus Jawa Timur, sayangnya ditolak mentah-mentah oleh orang JP. Saat itu memang belum ada smartphone hingga pengguna masih pakai laptop saja.

Jimmy Marta

Dibalik kesulitan ada kemudahan Dibalik sama sulit ada cerita menyentuh Dibalik komentar yg banyak ada pembuat rusuh ....

Johannes Kitono

Tentu juragan Disway termasuk orang yang beruntung. Pada usia yang sudah tidak muda lagi masih sempat ketemu Bp Alwy As ( 84 th ) yang atasan dari atasannya. Sesama jurnalis kalau ketemu bisa cerita 3 hari 3 malam pasti tidak ada habisnya. Mengenang masa perjuangan mahasiswa dan media di awalnya rezim Order Baru.Romantika kehidupan tentu sangat menarik diceritakan kepada anak cucu dan pembaca. Bagaimana rasanya pacaran dan cari berita dengan naik sepeda pinjaman. Then dapat warisan Suzuki 50 cc yang knalpotnya keatas untuk hindari banjir atau jalan tanah becek. Nah di usia lansia justru masih bisa sempat menikmati Esemka dan Tesla. Jangan menyesal tidak atau telat masuk ke daerah yang koran daerahnya merupakan pangsa pasar teman seperjuangan. Percayalah, nilai persahabatan apalagi dengan teman lama yang dulu sama sama susah pasti lebih berharga. Semua niat dan tindakan baik yang dilakukan pasti ada karmanya. Buktinya, disaat koran cetak dimasa sulit, masih bisa ada rezeki ketemu Nostalgia dengan Bp Alwy As. Legenda tokoh mahasiswa Banjarmasin di awal Orba.

Johan

Bocah tua nakal : Pryadi "Ciu Pek Tong" Satriana, hari ini luar biasa. Hihihi

Liam Then

Siapa sangka, awal mula tunas JPNN yang tumbuh tinggi, di pupuk di Tanah Banjar. Dari sepeda engkol kelir hitam yang 80% merk Phoenix menjadi Jaguar dan Tesla. Bos nya sekarang terkena SPA -Sindrom Penulis Akut, gak nulis sehari bisa pegal-pegal. Pengikutnya kena SKA - Sindrom Komentator Akut. Gak ngomen sehari bisa gatal-gatal. Media cetak napasnya tinggal satu dua. Di ganti media online yang di danai Google dan konsumsi kuota internet pembaca. Penuh iklan menyaingi berita. Hahaha, hari ini saya tersadar. Reporter berita online itu sangat cerdas, mereka ini paham sifat masyarakat Indonesia. Kepo.Rasa ingin tahu nya tinggi. Cobalah lihat, layar tancap dan kebakaran. Bisa lebih ramai oramg yang nonton kebakaran. Penonton kerja bakti di selokan dibanding penonton sapi kecebur ke selokan. Pasti lebih ramai yang ada sapinya. Sampai-sampai masuk selokan jadi trend. Jadi tradisi di DKI. Kecebur ,masuk sendiri, sama saja. Sama-sama masuk. Ah..ngomong apa saya ini, kok nglantur ke selokan. Balik lagi, orang kita memang kepo, reporter tau itu. Sehingga jadi jurus sakti. Judul berita selalu di mulai dengan kata Gawat!!Ternyata!! Inilah!!! Yang isinya bikin mangkel, rupanya biasa saja. Apaboleh buatlah, juga suka tela tertipu. Saya saja masih suka sengaja tertipu karena kepo. Ketika ketemu judul berita Gawat, Ternyata. Selalu ada saja yang saya klik.Padahal sudah pengalaman.selalu saja sambil ngucap : "jangan-jangan memang gawat". Kepo.

mzarifin umarzain

di bandung rahman tolleng bkkin MAHASISWA INDONESIA, bukan MIMBAR DEMOKRASI. MIMBAR DEMOKRASI dibikin oleh adi sasono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id