Soal Potensi Tsunami 23 Meter, Awalnya Warga Pesisir Tasela Panik, Sekarang Lebih Waspada
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Kamis 24-03-2022,13:35 WIB
Radartasik.com, TASIK — Adanya rilis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung yang menyampaikan skenario potensi tsunami Jabar bagian selatan pada Selasa (22/3/2022), sempat membuat masyarkat di pesisir Pantai Tasik Selatan (Tasela) sempat panik.
Apalagi dalam rilis tersebut
BMKG menyebutkan berdasarkan skenario kedua yakni gempa dengan magnitudo 8,7 di zona subduksi Jawa Barat-Tengah untuk Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran diperdiksi akan terjadi tsunami di Pantai Cipatujah,
Kabupaten Tasikmalaya.
Adapoun estimasi tinggi tsunami maksimum, berdasarkan rilis
BMKG tersebut yaitu 23 meter dan estimasi waktu tiba gelombang tsunami 15 menit.
Hal itu disampaikan oleh masyarkat di Pantai Pamayangsari, Kecamatan Cipatujah, Rahmat Saputera. Dia mengatakan, saat adanya infomasi memang masyarakat sempat panik. Tetapi setelah adanya sosialisasi dari berbagai pihak saat ini masyarakat lebih waspada.
"Awalnya panik, karena takut prediksi itu betul-betul terjadi, tetapi alhamdulillah saat ini masyarkat lebih waspada," kata dia kepada radartasik.com melalui sambungan telepon Kamis (24/3/2022).
Termasuk kewaspadaan itu, sudah melekat pada masyarkat, karena sebelumnya sudah ada simulasi terjadinya bencana tsunami. "Makanya saat ini masyarkat lebih waspada, karena terus adanya sosialisasi. Termasuk saat ini ronda-ronda malam aktif kembali di setiap desa yang ada di pesisir pantai," kata warga Kampung Pamayang Desa Cikawungading itu.
Meskipun begitu, selain adanya sosialisasi terhadap
potensi tsunami itu, memerlukan alat warning sistem pendeteksian dini tsunami yang tersambung dengan suara serine.
"Itu guna lebih meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat. Tentunya dengan alat itu masyarkat memiliki patokan untuk mengevakuasi diri ketika terjadi bencana," katanya.
Alat itu, hingga saat ini belum ada satu pun terpasang di
Pantai Tasela, apalagi infomasi dari
BMKG hanya waktu 15 menit untuk terjadinya tsunami itu.
"Itu kan waktu sedikit, coba kalau ada patokan serine dari warning system masyarkat pasti mendengar suara itu pasti langsung menyelamatkan diri," kata Rahmat.
Warga Sindangkerta, Asep Ridwan Maulana, mengatakan, sebelumnya masyarkat sempat panik adanya infomasi itu, karena takut terjadi dalam waktu dekat ini. "Apalagi tidak ada prediksi kapan terjadinya bencana itu," katanya.
Kini masyarkat lebih waspada, setelah adanya informasi itu, bahkan ronda-ronda mulai digiatkan kembali di setiap kampung khususnya di wilayah pantai.
"Kami ingin adanya alat pendeteksian tasunami yang tersmabung dengan suara serine, itu lebih efektif dan menjadi patokan masyarkat untuk mengevakuasi diri sebelum terjadinya tsunami itu, itu yang diharapkan oleh kami saat ini," kata Asep berharap.
Belum Punya Alat Pendeteksi Dini Tsunami
Hingga saat ini Pantai Selatan Tasikmalaya belum memiliki alat pendeteksian terjadinya tsunami atau limiting system, padahal pada 2006 kawasan selatan Tasikmalaya pernah diterjang bencana tsunami.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten (BPBD) Tasikmalaya, Yafit Khairul Adnan ST MT mengatakan, Pantai Selatan Tasikmalaya selama ini belum memiliki alat pendeteksian dini tsunami yang tersambung dengan suara serine di tiga kecamatan di Tasik Selatan.
"Untuk itu sejak dulu sudah kami mengajukan, baik di tingkat daerah, provinsi. APBD kita belum mampu mengadakan alat itu karena biaya cukup fantastis, tetapi kami setiap tahun terus mengajukan," kata Yafit Khairul Adnan kepada radartasik.com Kamis (24/3/2022).
Meskipun alat tersebut belum ada, tetapi Pemerintah
Kabupaten Tasikmalaya tetap berusaha berbagai deteksi, salah satunya dengan deteksi menggunakan kearifan lokal, seperti kentungan dan lainnya.
"Makanya imbauan kami khusus wilayah pesisir pantai masyarkat mengaktifkan kembali pos kamling setiap malam sebagai bentuk kewaspadaan," ujar dia.
Menurut Yafit Khairul Adnan, Tasela memiliki potensi terkena gempa besar atau megathrust. Itu sudah sejak lama, bahkan bukan hanya ada satu tahu atau dua tahun, dan audah dibicarakan sejak lama oleh para ahli.
"Karena potensi itu kekuatannya cukup lumayan, bahkan 8,7 (skala richter) dengan prediksi ketinggian gelombang 23 meter tentunya terus disikapi oleh Pemerintah
Kabupaten Tasikmalaya," kata dia.
Untuk menyikapi potensi megathrust itu, kata dia, sebetulnya sudah sejak lama dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial dan lainnya. Khususnya di tiga kecamatan seperti Cipatujah, Karangnunggal dan Cikalong dengan 11 desa yang ada di pesisir pantai.
"Ada beberapa kegiatan yang telah kita laksanakan untuk menyikapi potensi megathrust itu, mulai dari edukasi dan sosialisasi, termasuk membentuk desa tangguh bencana, satuan pendidikan aman bencana dan lainnya," jelas Yafit Khairul Adnan.
Termasuk untuk antisipasi itu, pemerintah juga bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya seperti Forum Pengurangan Risiko Bencana
Kabupaten Tasikmalaya.
Di samping itu BPBD juga telah menyusun rencana kontigensi tsunami yang melibatkan seluruh pihak di pemerintah daerah pada tahun 2018 lalau.
"Kita juga sudah melaksanakan uji lapangan, bahkan kami juga melaksanakan simulasi ketika terjadi bencana tsunami, bahkan itu juga dilakukan oleh BNPB, dan Dinas Sosial," kata Yafit.
Edukasi Desa Tangguh Bencana Tsunami
Di samping itu, juga, pihaknya sudah melaksanakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami.
Adapun untuk antisipasi bencana tersebut BPBD
Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan BNPB telah melakukan modeling evakuasi bencana tsunami di Pantai Tasik Selatan itu.
Termasuk dilakukan modeling, mulai dari jalur evakuasi yang diperbaharui, sampai penentuan titik evakuasi sementara di atas ketinggian 30 MDPL dan tempat evakuasi akhir yang di setiap kecamatan ada satu.
"Itu sudah kita laksanakan pada bulan November lalu, dan alhamdulillah setiap kecamatan sudan ada titiknya," kata dia.
Adapun untuk, jalur evakuasi sendiri setiap desa ada beberapa jalur evakuasi, bahkan ada sampai tiga jalur, itu disesuaikan dengan kondisi pemukiman.
"Jalur itu dibuat strategis dan mudah dilalui oleh masyarkat dan terdekat bukit saat terjadi bencana," kata Yafit Khairul Adnan.
Sementara, untuk alat sendiri untuk pantai selatan sudah mendapatkan bantuan alat deteksi dini dari
BMKG mesin InaTEWS berbasis aplikasi.
"Alat itu akan mengeluarkan notifikasi ketika terjadi gempa, apakah terjadi tsunami atau tidak setelah gempa," ujar Yafit Khairul Adnan.
Nantinya infomasi itu akan disampaikan langsung kepada masyarakat, bila notifikasi itu mendeteksi akan terjadinya gempa susulan atau tsunami.
"Itu akan kita sampaikan langsung kepada pihak-pihak seperti kepolisian, koramil, kecamatan, desa, hingga relawan," ujar Yafit Khairul Adnan menjelaskan. (ujang nandar / radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: