Luas Tanam Kedelai Lokal di Kabupaten Tasikmalaya dari 1.200 Hektare Kini Tinggal 750 Hektare

Luas Tanam Kedelai Lokal di Kabupaten Tasikmalaya dari 1.200 Hektare Kini Tinggal 750 Hektare

Radartasik.com, TASIK — Kenaikan harga kedelai di pasaran dipicu oleh cuaca ekstrem, sehingga terjadi gagal panen. Meskipun begitu Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mengaku meningkatkan produksi kedelai lokal.


Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya Nuraedidin mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut, informasinya bahwa adanya cuaca ekstrem, selain ada kenaikan harga secara global.  

"Makanya harga saat ini naik, dan langka barang," katanya kepada radartasik.com, Selasa (22/2/2022).

Sejak lama, kata dia, untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya terus meningkatkan produksi tanaman kacang kedelai.

Luas tanam kacang kedelai di Kabupaten Tasikmalaya sebelumnya 1200 hektare, namun kini kurang lebih 750 hektare. 

"Hampir komoditas itu pluktuasi berkaitan harga ataupun produksi saat panen, termasuk kedelai," ungkap Nuraedidin.

Karena salah satu antisipasi adanya kenaikan kedelai yang terjadi hampir setiap tahun itu, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menggalakan penanaman kacang kedelai lokal. 

"Untuk penanaman kacang kedelai ini kebanyakan wilayah (Kecamatan) Pancatengah, Gunungtanjung," katanya.

Menurut dia, selama ini minat masyarkat terhadap tanam kacang kedelai masih minim, termasuk pemanfaatan kacang kedelai lokal untuk tahu dan tempe kurang, karena kualitasnya tidak sebaik kacang kedelai impor. 

"Makanya selama ini masih tergantung terhadap kedelai impor untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu," katanya.

Meskipun begitu, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya saat ini terus menggenjot peningkatan produksi kacang kedelai lokal, sehingga ke depan bila ada kenaikan harga seperti saat ini pembuatan tempe dan tahu bisa menggunakan kedelai lokal. 

"Kami terus berupaya meningkatkan produksi, bahkan membiasakan dan memanfaatkan lahan untuk kedelai ini," kata Nuraedidin.

Sementara, salah satu perajin tahu dan tempe di Kampung Buntar, Desa Sukamulya, Kecamatan Singaparna, Amat Riyanto, mengatakan, selama ini pembuatan untuk tahu tempe itu menggunakan kacang kedelai impor karena alasan kualitas dan hasil. 

Penggunaan kacang kedelai impor karena dari segi rasa lebih enak. "Untuk kedelai lokal biasanya tidak bertahan lama dan cepat basi, rasanya pun kurang enak," kata dia.

Di samping itu, kedelai lokal juga saat ini tidak ada dan susah didapatkan. Padahal sebelumnya, untuk pembuatan tempe dan tahu itu 30 persennya menggunakan kedelai lokal. 

"Sebetulnya kalau ada kedelainya bisa saja digunakan, tetapi hari ini kan tidak ada kedelai lokalnya juga," ungkap dia. (ujang nandar/radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: