Inovatif, Korea Selatan Membuat Masker Khusus Hidung, Dijual Rp 112 Ribu Sekotak, Cocok saat Dipakai Makan
Reporter:
usep saeffulloh|
Jumat 04-02-2022,09:30 WIB
Radartasik.com, Kehadiran pandemi berefek kepada kehadiran inovasi-inovasi medis. Selain obat-obatan dan vaksin, kini juga ditemukan masker yang hanya menutupi hidung. Dengan demikian, seseorang dapat terus memakainya saat makan dan minum dengan aman dari penularan Covid-19.
Masker dengan nama '
Kosk' kombinasi dari ko, bahasa Korea untuk hidung, dan mask (masker) telah dirilis oleh sebuah perusahaan bernama Atman dan dijual seharga 9.800 won atau USD 8,13 atau setara Rp 112 ribu untuk sekotak isi 10 di pengecer
online Coupang.
Seperti dilansir
The Guardian, masker ini terdiri dari dua bagian, salah satunya dapat dilepas untuk membiarkan mulut terbuka. Sementara itu, tiga '
Masker Hidung Antivirus Tembaga' yang dapat digunakan kembali hanya menutupi hidung setiap saat.
Masker tersedia dalam warna berbeda. Masker dirancang untuk dipakai di bawah masker biasa yang menutupi mulut, yang dapat dilepas saat makan di luar atau minum dengan orang lain.
Ketua epidemiologi di Institut Transformasi Kesehatan Universitas Deakin di Australia, Profesor Catherine Bennett, mengatakan kepada Nine News bahwa masker yang hanya menutupi hidung adalah ide aneh tetapi akan lebih baik daripada tidak sama sekali.
Kasus virus corona di Korea Selatan mencapai rekor 22.907 pada Kamis (3/2) setelah melampaui 20 ribu kasus untuk pertama kalinya pada Rabu (2/2) didorong oleh penyebaran varian Omicron. Namun, negara Asia timur itu mencatat 6.812 kematian yang relatif rendah sejak awal pandemi.
Banyak Kasus Kematian Dipicu Omicron
Awal mula varian Omicron muncul dan dinyatakan sebagai Variant of Concern (VOC) oleh WHO, varian ini dinyatakan memiliki gejala yang lebih ringan daripada Delta. Namun ternyata di Amerika Serikat, data yang terlapor membuktikan angka kematian akibat Omicron justru lebih tinggi dibanding saat Delta melanda.
Di AS, Omicron menyerang rata-rata 2.200 nyawa setiap hari. Data ini lebih tinggi dari varian Delta, yang memuncak pada rata-rata selama tujuh hari yakni 2.078 kematian pada September tahun lalu, menurut analisis Reuters.
Artinya pernyataan bahwa Omicron lebih ringan daripada varian Delta tetap harus diwaspadai. Meski cakupan vaksin sudah lebih tinggi dibanding saat Delta menyerang, namun tetap saja Omicron tak bisa dianggap sepele.
Lantas mengapa begitu banyak orang masih kritis akibat Omicron? Omicron telah ditemukan menyebar jauh lebih cepat daripada varian Delta yang dominan sebelumnya.
Omicron dinyatakan dalam penelitian empat kali lebih mudah menular. Sebagian besar dari mereka yang sekarat akibat Omicron di AS tidak divaksinasi. Ini menunjukkan bahwa vaksin memang membuat perbedaan dalam mengurangi rawat inap dan kematian.
“Varian yang lebih menular cenderung menyebar melalui populasi dengan sangat cepat,” kata seorang profesor epidemiologi dan kedokteran di Universitas Columbia di New York City, Wafaa El-Sadr, mengatakan kepada Reuters.
“Kita kemungkinan masih akan melihat peningkatan rawat inap dan kematian pada mereka yang tidak divaksinasi dan tidak dikuatkan,” tambahnya.
Omicron bukan varian yang ringan, tetapi lebih ringan dibanding Delta. Karena itu tetap bisa memicu kematian.
“Kami mendapatkan informasi yang semakin banyak bahwa Omicron tidak separah Delta, tetapi masih merupakan virus yang berbahaya,” kata petinggi Organisasi Kesehatan Dunia dr. Maria Van Kerkhove. (jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: