Sudah Diwanti-Wanti, Supaya Hati-Hati Pembangunan Gedung Poli RSUD Belum Tuntas

Sudah Diwanti-Wanti, Supaya Hati-Hati Pembangunan Gedung Poli RSUD Belum Tuntas

radartasik.com, TAWANG — Pembangunan Gedung Poli RSUD dr Soekardjo, sampai awal tahun 2022 ini baru sebatas infrastruktur saja. Sementara, pelayanan rutin yang biasanya diberikan rumah sakit plat merah tersebut, menggunakan poli darurat yang bersifat sementara.


Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Dede Muharam sudah memprediksi kondisi tersebut. Sejak awal, pelaksanaan pembangunan gedung 3 lantai itu, terlampau ngaret. Dikala infrastruktur fisik baru berjalan di bulan-bulan akhir Tahun Anggaran 2021, di sana pun kebijakan refocusing dari bantuan keuangan provinsi diberlakukan.

“Kita sudah wanti-wanti sejak awal tolong hati-hati. Ini menyangkut pelayanan rutin, gedung itu biasa melayani banyak pasien sementara ini dialihkan ke layanan darurat jadinya tidak optimal seperti biasanya,” tutur Dede kepada Radar, Jumat (28/1/2022).

Menurutnya, kala gedung lama dipugar, terjadi tenggang waktu cukup lama. Sekitar beberapa bulan setelah bangunan lama dirubuhkan sampai pendirian infrastruktur baru dimulai. “Oke mungkin ada proses lelang dan lain-lain, tapi memang pengerjaan sudah tidak logis di waktu itu. Sudah jam sore mau magrib baru dikerjakan,” analisisnya.

Politisi PKS itu tidak terlalu menyoroti mekanisme pekerjaan infrastruktur. Meski, dia mengakui adanya informasi bahwa terjadi indikasi keterlambatan pasca alokasi awal yang dianggarkan Rp 23 miliar menjadi Rp 14 miliar saja.

Dimana pelaksanaan baru sebatas infrastruktur beberapa bagian gedung. “Namun, yang harus dipikirkan dampaknya, sekarang setelah direfocusing seperti ini mau gimana. Bangunan lama terlanjur dipugar, bangunan baru masih jauh dari operasional, warga lagi yang dirugikan,” keluh Dede.

“Apalagi kita dengar pekerjaan sampai alokasi Rp 14 miliaran itu pun, belum tuntas sesuai kontrak. Silakan saja, itu teknis, tapi dampak kondisi ini operasional rumah sakit dalam pelayanan begitu terasa,” sambung dia.

Dia meminta ke depan RSUD dibawah komando direktur baru dr Budi Tirmidzi mesti mematangkan setiap rencana pembangunan. Sebab, dampak menurunnya pasien yang hendak mengakses layanan di rumah sakit akibat gedung baru belum rampung, menurunnya pendapatan rumah sakit. “Ditambah lagi ada kebijakan berjenjang yang mengharuskan pasien BPJS Kesehatan menempuh dulu faskes kemudian ke rumah sakit tipe C, sebelum ke RSUD. Itu memperburuk kondisi keuangan tatkala kemarin juga terjadi kelebihan pegawai yang sudah tidak rasional,” tegas dia.

“Otomatis dengan kondisi akumulasi ini, menambah pekerjaan rumah bagi manajemen. Kita tekankan mesti ada ketegasan ke depan dalam setiap upaya atau kebijakan yang dilakukan di internal mesti berkoordinasi dan meminta restu Pemkot agar tidak terjadi persoalan seperti sekarang,” Sambung Dede.

Sementara itu, Direktur RSUD dr Soekardjo dr H Budi Tirmadi mengakui bahwa dana yang dialokasikan pemprov setelah refocusing hanya sampai struktur gedung poliklinik saja. “Memang hanya sebatas struktur belum sampai operasional, dana yang ada setelah refocusing dari rencana semula untuk keseluruhan gedung,” kata dia.

Disinggung adanya informasi pelaksanaan struktur gedung pun mengalami keterlambatan dan terjadi kejanggalan dalam tengat waktu pengerjaan dari kontrak awal, sebelum refocusing diputuskan.

Ia akan mengecek terlebih dahulu, lantaran kala pekerjaan berlangsung ia masih menjabat wakil direktur pelayanan. “Itu nanti kita hitung dulu pencapaiannya sudah berapa persen,” singkat Budi. (igi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: