Usai Libur Natal dan Tahun Baru, Kasus Covid-19 Catatkan Rekor, Varian Omicron juga Melonjak

Usai Libur Natal dan Tahun Baru, Kasus Covid-19 Catatkan Rekor, Varian Omicron juga Melonjak

Radartasik.com, Kasus Covid-19 di Indonesia terus melonjak. Jumlahnya memecahkan rekor usai liburan Natal dan Tahun Baru. Lonjakannya mencapai 7.000 sampai 8.000 kasus.


Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan daam sehari selama dua hari terakhir, kasus Covid-19 memecahkan rekor pasca libur Natal dan Tahun Baru sebanyak 7.000- 8.000 kasus. Menkes Budi menegaskan, dalam beberapa waktu ke depan, ciri khas Omicron akan memicu lonjakan kasus dalam waktu cepat.

”Nanti kita akan melihat dalam waktu yang singkat kenaikan jumlah kasus yang cukup tinggi,” kata Budi dalam konferensi secara virtual, Kamis (27/1/2022).

Ciri-ciri selanjutnya dari varian Omicron adalah tingkat perawatan di rumah sakit lebih rendah, begitupun tingkat keparahannya juga lebih rendah, sehingga pasien yang masuk ke rumah sakit lebih sedikit daripada pasien yang melaksanakan isolasi mandiri (isoman).

Menkes menjelaskan, strategi pemerintah dalam menghadapi gelombang Omicron, sedikit berbeda dengan menghadapi gelombang Delta. Sebab, gelombang Delta memiliki tingkat keparahan tinggi sehingga pemerintah harus mempersiapkan rumah sakit dengan banyak tempat tidur.

Omicron yang tinggi adalah penularannya tapi keparahannya rendah. Sebagian besar kasus Omicron adalah OTG atau asimtomatik atau gejala sakitnya ringan. Jadi gejala pilek, batuk, atau demam yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit,” terang Menkes Budi.

Pemerintah menyiapkan tempat tidur perawatan di rumah sakit sebanyak 70.641. Kapasitas tempat tidur secara nasional berjumlah 120 ribu hingga 130 ribu. Total pasien yang sudah terkonfirmasi Omicron sampai 26 Januari berjumlah 1.988 orang. Dari jumlah itu yang sudah sembuh atau selesai dirawat berjumlah 765 orang.

Total pasien pernah dirawat sejak awal kasus Omicron pada Desember 2021 sebanyak 854 pasien. Dengan rincian pasien asimtomatik 461, gejala jaringan 334 pasien, dan gejala sedang dan berat 59 pasien.

”Sebenarnya yang perlu masuk rumah sakit adalah pasien yang 59 itu. Yang perlu dirawat hanya kalau dia perlu oksigen,” kata Budi.

Dia berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan hati-hati. Yang paling penting selalu pakai masker, hindari kerumunan karena penularan akan semakin tinggi.

”Kalau bisa kerja di rumah, di rumah saja, tidak usah pergi kemana-mana karena risiko tertularnya sedang tinggi. Tapi kalau pun tertular tidak usah panik yang penting disiplin isolasi sendiri dan minum vitamin, jika ada gejala ringan minum obat,” papar Budi.

”Yang perlu ke rumah sakit kalau ada lansia atau komorbidnya banyak, itu ke rumah sakit. Dan cepat-cepatlah divaksin untuk memperkuat daya tahan tubuh dalam menghadapi varian baru,” tambah dia.

Kapasitas Tempat Tidur Pasien Terus Ditambah
Kenaikan kasus Covid-19 menembuh 7 ribu kasus sehari dengan kasus aktif lebih dari 20 ribu kasus pada Rabu (26/1/2022). Meskipun begitu, pemerintah menegaskan kondisi saat ini masih terkendali. 

Pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif yaitu dengan penambahan fasilitas baik untuk keperluan karantina, isolasi, dan perawatan untuk mengantisipasi lonjakan keterisian rumah sakit (Bed Occupation Rate atau BOR).

Penambahannya antara lain, penambahan tempat tidur Wisma Atlet Tower 4 dan 7, penyediaan RS dan Hotel Isolasi untuk Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) sejumlah 949 tempat tidur (TT) dengan total Wisma Karantina sebanyak 18.759 tempat tidur dan Hotel 16.021 Kamar, dan Penyediaan lebih dari 20 Hotel Karantina Jamaah Umrah. 

Dari sisi kebijakan, pemerintah juga telah mengatur skema pelaku perjalanan luar negeri khusus untuk kegiatan berskala internasional melalui mekanisme travel bubble, guna meminimalkan potensi penularan dan kenaikan kasus Covid-19.

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, saat ini pemerintah berdasarkan hasil sero-surveilans sudah mulai melakukan antisipasi berupa strategi vaksinasi booster pada daerah yang kekebalan komunitasnya terbukti sudah berkurang. 

Program vaksin booster juga merupakan respons atas perluasan varian Omicron yang dapat menghindari kekebalan yang telah terbentuk sebelumnya.

“Pembelajaran dari keberhasilan pengendalian kasus ini tentunya harus terus dipertahankan sebagai modal ke depan, terlebih mengingat saat ini masih terjadi sedikit kenaikan kasus. Dua modal kunci tersebut adalah Pertama, adanya kekebalan komunitas, utamanya karena vaksinasi dan akibat pernah tertular, serta kedua, peran aktif masyarakat mempertahankan disiplin protokol kesehatan,” katanya dalam keterangan virtual, Rabu (26/1/2022).

Prof Wiku menyebut data per 2 Januari 2022, peningkatan kasus mingguan aktual sebesar 1.500 kasus per minggu. Lebih rendah dari 3 prediksi yaitu, apabila terjadi peningkatan maksimal 400 ribu kasus per minggu, peningkatan maksimal 250 ribu kasus per minggu dan apabila terjadi peningkatan penularan sebesar 50 persen, serta 80 ribu kasus per minggu yang dianggap sebagai estimasi yang paling mungkin terjadi.

“Kabar baiknya, meskipun saat ini kasus sedikit mengalami peningkatan, namun masih jauh lebih rendah bahkan dari estimasi yang diprediksi paling mungkin terjadi,” kata Prof Wiku.

Data juga menegaskan bahwa kondisi saat ini masih terkendali. Terlebih diikuti jumlah testing terus ditingkatkan melebihi 400 persen dari target World Health Organization (WHO). Ia mengakui ada peningkatan pada keterisian tempat tidur di ruang isolasi RS Rujukan. “Namun besarannya tetap di bawah 10 persen,” jelas Prof Wiku.

Hal yang sama juga terjadi pada tren kematian harian yang sedikit mengalami kenaikan. Tetapi, kenaikannya tetap rendah jika dibandingkan dengan tren di bulan November- Desember 2021.

“Kesimpulannya, kita telah berhasil untuk pertama kalinya melewati periode libur panjang Nataru dengan tetap mempertahankan kondisi kasus yang terkendali,” tegas Prof Wiku. (jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: