Harapan Baru di Sekolah Rakyat Kota Tasikmalaya: Mimpi Kecil yang Tumbuh di Tengah Keterbatasan

Harapan Baru di Sekolah Rakyat Kota Tasikmalaya: Mimpi Kecil yang Tumbuh di Tengah Keterbatasan

Istikomah, ibu Azril, peserta didik Sekolah Rakyat Terintegrasi 41 Kota Tasikmalaya, Selasa 7 Oktober 2025. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

BACA JUGA:Dari Konsili Vatikan II hingga Wafatnya Pangeran Antasari

Ia terlahir tanpa kedua tangan, namun tak pernah berhenti berjuang. 

Di rumah kecil berukuran 3x4 meter, ia membesarkan tiga anak seorang diri setelah ditinggal suami empat tahun lalu. 

Ruang tamu, dapur, dan kamar tidur menyatu jadi satu, saksi bisu perjuangannya setiap hari.

Tanpa tangan, ia memasak, mencuci, dan menyiapkan kebutuhan anak-anaknya dengan cara yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain. 

BACA JUGA:Warga Desak Pemkab Tindak Tegas Peredaran Miras Ilegal di Pangandaran

“Dari lahir memang begini, tapi semua saya usahakan sendiri,” ujarnya sambil tersenyum kecil.

Hidupnya bergantung pada bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp1.050.000 yang ia terima tiga kali setahun. 

Uang itu dibagi untuk membeli obat asma, membayar utang kecil di warung, dan biaya sekolah anak-anaknya. 

“Kalau uang belum turun, ya bingung. Untung masih ada orangtua yang suka bantu,” ucapnya lirih.

BACA JUGA:PPP-PKS Dukung Pinjaman Daerah untuk Perbaikan Infrastruktur Tasikmalaya, ini Alasannya

Dulu, ia tak berani bermimpi tinggi.

Asal anaknya bisa membaca dan menulis saja sudah cukup.

Tapi kehadiran Sekolah Rakyat, dengan sistem pendidikan terintegrasi dan biaya terjangkau, mengubah cara pandangnya. 

“Sekolah ini bantu banget. Rasanya kayak dikasih jalan baru,” katanya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait