Menghidupkan Aksara Sunda dari Ruang Kelas Sekolah Dasar di Tasikmalaya
Seorang guru SDN 1 Gunungpereng Kota Tasikmalaya saat memberikan pengajaran aksara Sunda kepada para siswa, beberapa waktu lalu 28 Agustus 2025. ayu sabrina / radartasik.com--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Di tengah derasnya arus globalisasi, bahasa dan aksara daerah menghadapi ancaman kepunahan.
Di Kota Tasikmalaya, segelintir guru berusaha keras agar aksara Sunda tetap hidup dan dikenal generasi muda.
Salah satunya adalah Dr Irvan Kristivan MPd, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Gunungpereng.
Baginya, mempertahankan aksara Sunda bukan sekadar kewajiban akademis, melainkan bentuk cinta pada identitas budaya.
BACA JUGA:Ini Alasan Pemkot Tasikmalaya kenapa Serapan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Seret
“Siapa lagi yang mau mempertahankan budaya Sunda selain orang Sunda itu sendiri?” ucap Irvan, belum lama ini 28 Agustus 2025.
Irvan selama bertahun-tahun resah melihat anak-anak mulai meninggalkan bahasa ibu mereka.
Minat siswa mempelajari bahasa dan aksara Sunda semakin menurun. Sebagian besar lebih tertarik pada bahasa asing yang dianggap lebih bergengsi.
Di sisi lain, pembelajaran bahasa daerah di sekolah hanya dilakukan menjelang lomba, seperti Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).
BACA JUGA:44 Sekolah di Tasikmalaya Masih Dipimpin Plt, Pengisian Kepalanya Tunggu Promosi
“Kalau dihitung, yang bisa aksara Sunda di Kota Tasikmalaya bahkan di Jawa Barat hanya sekitar satu persen. Artinya, 99 persen generasi muda buta aksara Sunda,” terang Irvan prihatin.
Kendala lain, lanjutnya, adalah belum adanya mata pelajaran aksara Sunda dalam kurikulum intrakurikuler. Guru pun harus mencari cara kreatif agar siswa tertarik belajar.
Melihat situasi itu, SDN 1 Gunungpereng mengambil langkah berani dengan memasukkan aksara Sunda ke dalam kurikulum khusus sekolah. Langkah ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah lain.
Irvan dan empat guru lainnya bahkan menyusun buku pelajaran bernama Calakan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: