Menatap Usia dengan Rasa Syukur dan Tanggung Jawab
Tanggal 18 November 2025 menandai satu momentum bersejarah: Milad Muhammadiyah ke-113.
Sebuah perjalanan panjang gerakan Islam modern yang lahir dari semangat tajdid (pembaruan) dan ishlāh (perbaikan).
Lebih dari satu abad, Muhammadiyah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi bangsa.
BACA JUGA:Mantan Karyawan Rental PS di Kota Tasikmalaya Gasak PlayStation, Kerugian Ditaksir Rp 49 Juta
Membangun peradaban melalui pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, hingga dakwah kultural dan digital.
Memasuki usia ke-113 (menurut perhitungan kalender Miladiyah) ini, refleksi menjadi sangat penting.
Tidak sekadar mengenang sejarah, tetapi juga membaca ulang arah dakwah Muhammadiyah dalam konteks dinamika nasional dan global yang terus berubah cepat.
Dari Purifikasi ke Transformasi
BACA JUGA:Warga Gempar, Buruh Temukan Jenazah Pensiunan di Perumahan Mewah Kota Tasikmalaya
Sejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 1912, Muhammadiyah telah menegaskan dakwahnya sebagai gerakan amar ma‘ruf nahi munkar yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Orientasi dakwahnya berkembang dalam tiga fase besar:
Pertama, Fase Purifikasi Aqidah dan Ibadah (1912–1945). Fokus utama pada pemurnian ajaran Islam dari praktik syirik, bid‘ah, dan khurafat.
Dakwah diarahkan untuk meluruskan akidah umat sekaligus menanamkan semangat rasionalitas dan ilmu pengetahuan.
BACA JUGA:43 Lubang Tambang Emas Ilegal di Salopa Tasikmalaya yang Ditutup Aparat Gabungan