Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113: Meneguhkan Dakwah, Menjawab Dinamika Zaman

Kamis 13-11-2025,23:14 WIB
Editor : Rezza Rizaldi

Akibatnya, militansi kultural kadang menurun.

Kedua, keterlambatan adaptasi digital di tingkat basis.

BACA JUGA:Usai Tandatangani SK, 1.876 PPPK Paruh Waktu Kota Tasikmalaya Diambil Sumpah Akhir November ini

Meskipun secara kelembagaan sudah ada kemajuan, namun di tingkat ranting dan cabang, dakwah digital masih bersifat sporadis, belum terintegrasi secara sistemik.

Ketiga, kesenjangan persepsi antara dakwah struktural dan kultural.

Terkadang terjadi dikotomi antara gerakan formal (majelis, ortom) dan gerakan kultural (komunitas muda, aktivis sosial), sehingga dakwah Muhammadiyah belum sepenuhnya menyatu dalam gerak bersama.

Solusi dan Arah Strategis ke Depan

BACA JUGA:ESPN Belanda Sorot Persib Bandung Naik Kelas: Klub Indonesia yang Ubah Wajah Sepak Bola ASEAN

Sekedar rekomendasi bagi para pemangku kebijakan (para pimpinan di semua lini), berikut saya tawarkan beberapa solusi dan arah strategi ke depan.

Pertama, reideologisasi dan revitalisasi kader.

Melalui penguatan ideological training berbasis Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH), Khittah Perjuangan, serta Kepribadian Muhammadiyah, kader muda diarahkan agar paham jati diri gerakan dan siap berdakwah dengan semangat baru.

Kedua, digitalisasi dakwah dan integrasi literasi media.

BACA JUGA:Murah Mana, Harga Tiket KA Argo Semeru, Kertajaya, dan Argo Anjasmoro Rute Jakarta-Surabaya?

Muhammadiyah perlu memperluas mimbar dakwah ke ruang digital, dengan menggerakkan amal usaha dan ortom agar menjadi content creator nilai-nilai Islam berkemajuan.

Ketiga, Penguatan Peran Global dan Advokasi Kemanusiaan.

Melalui kerja sama dengan dunia internasional, demikian juga dengan segenap stakeholder keumatan dari tingkat nasional sampai akar rumput, Muhammadiyah harus tampil sebagai duta Islam damai, berilmu, dan solutif dalam isu kemanusiaan, perdamaian, serta keadilan sosial global, nasional dan lokal.

Kategori :