Karena itulah, penyuluh lintas agama dituntut mampu merangkai narasi damai, mengedukasi masyarakat dari hoaks dan meneguhkan nilai moderasi beragama.
Menag mendorong lahirnya program bersama antarumat beragama.
Misalnya jalan sehat lintas iman atau kunjungan saat perayaan hari besar keagamaan.
Kegiatan sederhana seperti ini diyakini mampu meredam potensi intoleransi hingga ke tingkat desa.
Selain itu, ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan rumah ibadah.
Setiap rumah ibadah sebaiknya dilengkapi fasilitas mitigasi bencana. Perlengkapan seperti APAR, jalur evakuasi dan pelatihan tanggap darurat menjadi kebutuhan penting.
Menurut Menag, rumah ibadah tidak hanya berfungsi sebagai pusat ritual keagamaan, tetapi juga bisa menjadi tempat perlindungan masyarakat saat bencana terjadi.
BACA JUGA: Sangat Kompak! Hearts2Hearts Jadi Sorotan di Iklan Shopee 9.9 Super Shopping Day
Peningkatan Kapasitas Penyuluh
Kemenag juga akan memperkuat pelatihan bagi penyuluh.
Fokus utama adalah keterampilan komunikasi lintas budaya, kemampuan menangani konflik, serta edukasi kebencanaan.
Menag menegaskan, para penyuluh harus siap secara mental, pengetahuan, dan keterampilan. Mereka tidak hanya membina umat, tetapi juga diharapkan mampu menghadapi situasi darurat.
BACA JUGA: Dari Pembentukan Badan Keamanan Rakyat hingga Pembebasan Paris
Dalam rapat tersebut, Kemenag juga membahas rencana kerja lintas direktorat.
Langkah ini bertujuan memperkuat jejaring moderasi beragama hingga ke tingkat desa dan kelurahan.
Selain itu, pemerintah meninjau kembali Nota Kesepahaman Empat Menteri.
Termasuk di dalamnya pembahasan MoU antara Kemenag dan Kementerian Kebudayaan terkait pemanfaatan candi sebagai tempat ibadah umat Hindu dan Buddha yang juga merupakan situs warisan budaya.