RADARTASIK.COM-- Ada satu tradisi yang selalu ada saat hari raya idul adha di Indonesia, yaitu tradisi nyate atau membuat sate dari daging qurban.
Idul Adha merupakan momen yang khas bagi umat Muslim di Indonesia, tidak hanya dalam konteks ibadah, tetapi juga dalam aspek sosial dan kuliner yang sudah mentradisi.
Artikel ini akan mengungkap kelezatan kuliner sate daging qurban yang khas dan dampak sosial dari tradisi ini.
Sate qurban merupakan hidangan lezat yang disiapkan dari daging kurban yang telah dipotong dan diolah dengan berbagai bumbu dan rempah khas.
BACA JUGA: Panduan Praktis Mengasuh Anak Balita yang Harus Ibu Tahu, Jadwalkan Waktu Kualitas Bersama Anak
BACA JUGA: Dua Partai Siap Bergabung di Koalisi PPP-PAN-Demokrat untuk Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2024
Daging yang digunakan bisa berasal dari sapi, domba, atau kambing, dan dipotong kecil-kecil sebelum ditusuk dengan tusukan bambu.
Kemudian, sate qurban dimasak dengan cara dibakar atau dipanggang hingga matang sempurna.
Rasanya yang gurih, bumbu yang khas, dan daging yang empuk menjadikan sate qurban menjadi hidangan Idul Adha yang selalu dinantikan
Tradisi nyate saat Idul Adha tidak hanya tentang menikmati kuliner lezat, tetapi juga tentang berbagi dengan sesama.
BACA JUGA: Didorong Masyarakat Maju di Pilkada 2024 Kota Tasikmalaya, Nurhayati Menunggu Keputusan DPP PPP
BACA JUGA: Penerbangan Jemaah Haji Kloter 41 Donohudan Tertunda, Kemenag Kembali Tegur Keras Maskapai Garuda
Dalam tata cara penyembelihan dan pemotongan hewan kurban, sebagian daging qurban disisihkan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan.
Dalam tradisi ini, membuat sate dari daging qurban menjadi simbol kebersamaan umat Muslim, mulai dari lingkungan keluarga hingga komunitas
Menurut kamus bahasa Indonesia, sate sendiri artinya adalah makanan yang terbuat dari daging yang dipotong kecil-kecil dan ditusuk sedemikian rupa dengan tusukan lidi tulang daun kelapa atau bambu, kemudian dipanggang menggunakan bara arang kayu