RADARTASIK.COM - Paolo Maldini tak ingin menjadi pelatih setelah melihat kehidupan yang dijalani ayahnya yang begitu sibuk saat tampil dalam acara PoretCast yang dipandu oleh Giacomo Poretti.
Setelah pensiun sebagi pemain, Paolo Maldini kembali ke AC Milan sebagai direktur pada 2018 dan menggambarkan perbedaan antara menikmati pertandingan sebagai pemain dan direktur.
Baginya, menjadi direktur lebih menderita karena ia tidak bisa mengubah hasil pertandingan di lapangan yang membuatnya sangat gelisah seperti rekannya Ricky Massara.
“Ada perbedaan besar antara cara Anda menikmati permainan sebagai pemain dan direktur. Yang terburuk adalah ketika Anda berada di tribun, Anda 'menderita' oleh hasilnya dan tidak bisa mempengaruhinya. Itu membuatku sangat gelisah. Ricky Massara juga menderita, tapi lebih diam-diam,” kata Maldini dikutip dari Football Italia.
BACA JUGA:BPIH 2024 Turun, Kemenag Jelaskan Alasannya
Sisi baiknya, menjadi direktur menjadi kesempatan untuk Maldini menularkan sebagian pengalaman dan ilmunya kepada para pemain seperti Rafael Leao.
“Dia bertanya kepada saya apakah dia bisa merilis rekornya dua hari sebelum pertandingan besar, jadi saya katakan padanya dia harus mencetak dua gol. Dia tidak melakukannya, tapi setidaknya ada assist,” terangnya.
“Leao tiba dari Lille, dia adalah talenta hebat, namun masih harus membuktikan semuanya. Hubungan baik dengan para pemain adalah apa yang tersisa bersama Anda, lebih dari sekadar trofi atau kemenangan. Anda siap membantu para pemain ini untuk berkembang,” jelasnya.
Maldini kemudian melanjutkan hal paling dirindukan setelah pensiun adalah sensasi seperti pertandingan melawan Inter Milan di Liga Champions tahun 2003 yang membuat 'kakinya gemetar' karena ada campuran rasa takut dan kegembiraan.
BACA JUGA:Bikin Bangga, Pelajar SDN 1 Sukamaju Tasikmalaya Jadi Wakil Lomba Bridge Tingkat Nasional
“Saat Anda mencapai usia dan pengalaman yang cukup, yang Anda tunggu hanyalah pertandingan-pertandingan itu,” ujarnya.
“Saat orang bertanya apa yang saya rindukan, saya menjawab suasana di ruang ganti, campuran antara rasa takut dan kegembiraan menjelang pertandingan. Kontak dan adrenalin tinggi yang Anda dapatkan dari penonton,” ungkapnya
Terakhir, ia menegaskan tidak akan menjadi pelatih karena masih banyak hal yang bisa dilakukan selain sepak bola setelah melihat kehidupan yang harus dijalani almarhum ayahnya, Cesare Maldini.
“Saya tidak akan pernah menjadi pelatih! Aku melihat ayahku yang selalu membawa tas, jadi aku tahu seperti apa kehidupan itu. Ketika saya pensiun, setidaknya saya tahu apa yang tidak ingin saya lakukan,” pungkasnya.