Kemudian bergeser menjadi daerah industri, lalu menjadi daerah jasa.
“Nah, kalau jasa, sebenarnya jasa apa yang cocok untuk Kota Tasikmalaya. Ini harus ditemukan dan jadi mimpi kolektif,” tutur Cheka.
Sekali lagi Cheka mengingatkan, kalau tidak menentukan dengan tepat arah yang akan ditempuh, maka siap-siap saja menyesal di esok hari.
Terlepas kontroversi atas ditunjuknya Cheka Virgowansyah sebagai Penjabat Wali Kota Tasikmalaya, kita harus melihat sisi baik yang dilakukannya.
BACA JUGA:Berikut ini Mobil Termahal di Dunia 2023, Engga Cocok Buat Kaum Mendang Mending
Pertama dengan melakukan validasi data kemiskinan. Ini sebuah terobosan kepemimpinan yang bebas dari kepentingan.
Faktanya, data 16.000 data orang miskin yang dicoret oleh Cheka ternyata mereka ada kaitannya dengan kepentingan politik yang picik.
Bagaimana tidak dikatakan picik, mereka yang kenyataannya bukan orang miskin, hanya karena tim sukses politisi tertentu, jadilah penerima bantuan sosial.
Ini bukan saja membuat citra Kota Tasikmalaya dalam angka statistik menjadi buruk dan memalukan.
BACA JUGA:Kamera 200MP! Nokia 6600 5G Ini Bisa Kalahkan Kamera iPhone Dengan Harga Murah
Ya, memalukan karena mendapat status daerah termiskin di Jawa Barat.
Tetapi juga sebuah gambaran rusaknya mental masyarakat. Orang tidak miskin mengaku miskin, dan nyaman dengan status palsu itu.
Kalau kata KH Wawan Nawawi sata menjadi ketua Baznas Kota Tasikmalaya, salah satu problem kemiskinan adalah mental miskin yang melanda masyakarat Kota Tasikmalaya.
Ya buktinya data 16.000 orang tidak miskin dilabeli sebagai orang miskin untuk mendapat bantuan sosial yang bukan haknya, selama bertahun-tahun!
BACA JUGA:Cara Download Video YouTube dengan Mudah Tanpa Aplikasi Berikut Panduan Lengkapnya
Pertanyaan Cheka sangat menghentak. Dia yang bukan politisi, bukan orang pituin urang Tasik, tapi memiliki kepedulian-- yang mungkin terpikirkan pun tidak oleh pemimpin sebelumnya – untuk Kota Tasikmalaya.