Kembali soal Pahlawan Nasional Indonesia di Tasikmalaya, kata Joko Sudarmawan, sebenarnya ada satu lagi yang dimakamkan di Tasikmalaya.
“Pahlawan Nasional Indonesia itu Rd. Dewi Sartika yang wafat tahun 1947. Namun pada tahun 1951, jasad beliau dipindahkan ke Bandung,” kata suami dari Erna Susanti ini.
Semenjak ditugaskan di Tasikmalaya tahun 2012, Joko merasa ikut bangga atas keberadaan makam Pahlawan Nasional Indonesia KH Zainal Musthafa.
Dia pun berkeinginan untuk menyempatkan waktu ziarah.
BACA JUGA:Kolesterol Kumat! Coba Nih Konsumsi Buah Naga yang Ada 10 Manfaatnya
“Menjelang Hari Pahlawan tahun 2012, saya melakukan ziarah ke makam beliau di Sukarame. Sebuah lokasi yang mudah dijangkau,” cerita ayah dari sepasang buah hati Erika Kartika Fitrianasari dan M Ricko Nugroho.
Kondisi makam sang pahlawan nilai Joko, saat itu kondisinya cukup sederhana.
Kemudian menjelang Hari Pahlawan tahun 2013, Joko Sudarmawan bersama sahabat-sahabatnya yang tergabung di Forum Peduli Tasik (FPT) mengagendakan ziarah.
“Alhamdulillah saya bersama rekan-rekan yang tergabung dalam Forum Peduli Tasik (FPT) tepatnya tanggal 08 November 2013, kami ziarah ke Makam KH Zainal Musthafa,” kenang Joko.
BACA JUGA:Benarkah Sinar Matahari Bisa Turunkan Tekanan Darah?
Selain ziarah saat itu sekaligus silaturahim ke Pondok Pesantren Sukamanah yang didirikan KH Zainal Musthafa.
Lokasi pesantren tidak jauh dari makam Pahlawan Nasional Indonesia tersebut.
“Ketika di pondok pesantren, kami sempat menyaksikan pedang bambu yang dipergunakan KH Zainal Musthafa dan para santrinya sewaktu melawan penjajah Jepang,” cerita pria yang selalu berpenampilan klimis ini.
Pedang itu, cerita Joko, sangat istimewa karena bukan terbuat dari logam pada umumnya sebuah pedang.
BACA JUGA:Arti Senyuman Kumari Membuat Takut Pemujanya di Nepal, Kalau Terjadi Alamat Hal Buruk Ini Terjadi
“Pedang itu terbuat dari bambu kuning. Namun berdasarkan penuturan dari saksi sejarah santri KH Zainal Musthafa, pedang dari bambu kuning tersebut lebih tajam dan lebih kuat daripada samurai milik tentara Jepang,” tutur Joko Sudarmawan.