Pedang bambu tersebut, terang dia, dibuat oleh seorang santri warga Sukamanah, Kecamatan Sukarame dan Cicangkudu, Kecamatan Mangunerja, Kabupaten Tasikmalaya.
"Kedua santri ini diperintah oleh Abah Mustofa untuk membuatnya (pedang bambu), yang akan digunakan untuk persiapan perang," terangnya.
Setelah pedang bambu itu selesai dibuat, beber dia, KH Zainal Mustofa mengumpulkannya dan membacakan doa sebelum berangkat berperang melawan Jepang.
"Menurut salah satu santri yang masih hidup, pedang-pedang bambu tersebut dibacakan doa oleh Abah Mustofa sebelum berperang," beber KH Atam.
Pada pedang bambu itu, tambah dia, tertulis lafad dzikir (Laa ilaaha illallah) dengan panjang 60 sentimeter.
"Informasi ini diberikan oleh salah satu santri yang masih hidup dan pernah berperang melawan Jepang bersama para santri Abah Mustofa. Saat ini santri tersebut sudah tiada, yang terakhir adalah Abah Oot," tambahnya.
Pedang bambu, jelas dia, digunakan oleh KH Zainal Mustofa dalam pertempuran pada hari Jumat setelah melaksanakan sholat Jumat.
Lokasi pertempuran terjadi di Kampung Sukamanah (Cihaur), Desa Sukarame, Kecamatan Sukarame.
Meskipun hanya menggunakan pedang bambu yang menyerupai pedang, para santri mampu menjaga diri dan mengalahkan tentara Jepang.
"Menurut sejarah, pedang bambu ini memiliki ketajaman seperti pedang besi, meskipun terbuat dari bambu kuning," jelas KH Atam.
Awalnya, barang-barang pedang bambu tajam tersebut dirampas oleh tentara Jepang, dan beberapa yang tersisa dibawa ke Bandung untuk disimpan di museum.
Saat ini, masih ada satu pedang bambu yang digunakan santri KH Zainal Mustofa saat perang itu.
"Pedang bambu masih ada di Sukamanah dan diserahkan oleh cucu seorang santri yang turut berperang," jelasnya.
Sebilah pedang bambu peninggalan yang dibuat atas perintah KH Zainal Mustofa tersisa sebilah saja.
Sebilah pedang bambu itu jadi ‘harta karun’ dari Tasikmalaya yang tak terhingga nilainya.
Bukan nilai dalam bentuk uang saja, tetapi nilai spirit anti penjajahan. Itu yang utama dan harus mengalir menjadi spirit seluruh anak bangsa Indonesia.(*)