Reuni dan Dialog Alumni Fakultas Ushuluddin Unisba Bawa Misi Membangkitkan Intelektual Kampus
Rindu almamater para pengurus Ikatan Keluarga Alumi (IKA) Fakultas Dakwah/Ushuludin Universitas Islam Bandung (Unisba) tergerak untuk menyelenggarakan reuni dan dialog alumni.
Agendanya reunindan dialog alumni akan dilaksanakan Sabtu, 12 Agustus 2023, di Aula Utama Unisba, Jl Tamansari No.1 Bandung.
Reuni dan dialog alumni itu mengusung tema ‘Membangkitkan Intelektual Kampus’.
Seperti dipaparkan Heri Hilmansyah ketua penyelenggara reuni dan dialog alumni Fakultas Dakwah/Ushuluddin Unisba, dasar pemikiran menggagas acara tersebut karena ada problematika besar yang dialami hampir semua perguruan tinggi saat ini.
BACA JUGA:Resmi Dibuka Pendaftaran Pelatihan Berbasis Kompetensi DBHCT 2023, Peserta Dapatkan Uang Saku
Yaitu terjadinya pragmatisme dalam merespons kebutuhan industri dan pasar, bersamaan dengan anjloknya semangat dalam membangun intelektualisme.
Kebutuhuan melahirkan alumni yang ditempatkan di tengah pasar kapitalisme global, cenderung mengabaikan posisi penting perguruan tinggi dalam membangun kondisi sosial (social engineering), lingkungan (environmental ethic), agama (religious values) dan lainnya.
Fakta saat ini ditandaskan Heri, jarangnya gairah perguruan tinggi dalam merespon isu-isu sosial, lingkungan, politik dan keagamaan dewasa ini, menjadikan ia terpisah dari problematika yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara.
Idealnya, tandasnya, perguruan tinggi Islam sebagai entitas yang melahirkan intelektual muslim, sejak dini harus menyiapkan diri menjadi agen dan pejuang masyarakat, menjadi motor penggerak/pejuang (mujaahid), peneliti (mujtahid) dan pembaharu (mujaddid).
BACA JUGA:Ayo Test Drive 3 Model Hybrid Unggulan Suzuki di GIIAS 2023!
Sebab dunia kampus, lanjut Heri Hilmansyah, tidak bisa menghindar dari berbagai persoalan. Misalnya toleransi keberagamaan di depan mata yang sangat mengkhawatirkan.
Kampus harus segera bereaksi secara ilmiah untuk mengkaji, mendalami dan memberikan solusi aktif terhadap persoalan-persoalan tersebut.
“Apakah hal itu murni dari kayakinan atas dasar dogma agama, apakah disebabkan kesenjangan pemahaman keagamaan, atau persoalan disparitas sosial yang tajam, atau persoalan persoalan politik?” tegas ketua IKA Fakuktas Dakwah ini.
“Setiap asumsi yang melatarbelakangi persoalan tersebut mempengaruhi cara pandang dan tindakan,” ujar Heri.