Di tempatnya menghilang itu ada batu petilasan yang sangat dikeramatkan warga Sumedang.
Saking keramat dan sakralnya, orang Cirebon tidak boleh datang ke Dayeuh Luhur.
Orang Sumedang pun yang datang ke Dayeuh Luhur tidak boleh mengenakan baju atau kain batik Cirebon.
Kalau larangan itu dilanggar dipercaya akan datang bala atau musibah kepada yang melanggarnya.
Dampak peperangan itu sampai ada larangan orang Sumedang menikah dengan orang Cirebon.
Begitu juga orang Cirebon dilarang menikah dengan orang Sumedang.
Sampai sekarang dibeberapa tempat di Sumedang maupun di Cirebon, orang-orang tertentu masih patuh dengan larangan itu.
Itulah sisi lain perjalanan Dahlan Iskan menjajal Tol Cisumdawu.
Bukan jalan tolnya yang menarik bagi penyuka novel Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer ini.
Tapi kisah-kisah lampau tentang Sumedang mulai lagu Sumedang Kota Kamelang, musik mistis Tarawangsa, hingga lakon perang dengan Cirebon.
“Kalau mahkota.Binokasih sekarang ada di mana?” tanya Dahlan Iskan begitu cerita berakhir.
Ketika diterangkan kalau Mahkota Binokasih yang terbuat dari emas dan hiasan intan serta beberapa permata, tersimpan di Museum Sumedang.
Pria yang dikenal memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, lanjut bertanya.
“Apakah Mahkota Binokasih yang sekarang itu benar-benar masih asli?” (*)