Pergilah dia menemui Abu Nawas di rumahnya.
“Tuan, saya sudah melaksanakan nasehat membeli seekor domba,” kata pria itu setiba di rumah Abu Nawas.
“Tapi kami belum juga bisa pindah dari rumah sekarang. Malah istri saya ngomel-ngomel karena repot rumah kotor oleh domba,” adunya.
“Kamu sekarang beli dua ekor domba. Pulanglah,” jawab Abu Nawas.
Pria itu tidak berani mendebat. Hanya menyetujui nasehat Abu Nawas.
Dia kembali membeli dua ekor domba dan membawanya ke rumah.
Istrinya melihat suami membawa dua ekor domba terkejut bukan main.
Amarahnya meletup.
“Suamiku! Kamu ini bagaimana. Kenapa membawa dua ekor domba lagi. Satu ekor domba saja membuatku pusing!’ pekiknya.
“Tiap hari aku bersihkan rumah dari kotorannya. Belum suaranya membuat bising. Apa kamu sudah tidak waras?” cerocos istrinya.
“Ini nasehat Tuan Abu Nawas. Kita ikuti saja, siapa tahu keajaiban akan segera datang kepada kita,” bujuk pria itu.
Mendengar ada kata keajaiban, emosi istrinya mereda. Dia takut juga menentang nasehat Abu Nawas jadi menyesal.
Sepekan mereka hidup di rumah dengan tiga ekor domba.
Keajaiban yang mereka nantikan tidak kunjung muncul.
Malah yang terjadi istri pria itu semakin sering sewot. Terus uring-uringan karena domba-domba itu sering membuat berantakan isi rumah.
“Suamiku, kamu pergi lagi ke Tuan Abu Nawas. Aku sudah tidak tahan hidup dengan domba-domba ini,” pinta istrinya.